Minggu, 17 September 2017

ANALISIS RISIKO ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN BIBIT TANAMAN HIAS AGLAONEMA (Aglaonema spp.) DARI AUSTRALIA





ANALISIS RISIKO ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN BIBIT
 TANAMAN HIAS AGLAONEMA (Aglaonema spp.) DARI AUSTRALIA

(Draft)




                                    







Oleh:Agus Setiono, SP










BADAN KARANTINA PERTANIAN
BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I PALEMBANG
2015

 



I. PENDAHULUAN
                                                      
1.1      1.1  Latar Belakang
       
      Aglaonema berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata aglaos yang berarti terang dan nema yang berarti benang (benang sari). Dengan demikian aglaonema dapat di artikan sebagai pembawa energi ‘terang’. Selain nama aglaonema, tanaman hias daun ini juga mempunyai nama lain seperti Chinese Evergreen. Di Indonesia, aglaonema dikenal juga dengan nama sri rejeki. Ada pun di China, aglaonema disebut wan nien ching. Daya tarik aglaonema terletak pada pada warna dan bentuk daun yang unik. Sifat tanaman aglaonema beragam berdasarkan jenisnya. Ada aglaonema yang dapat terkena sinar matahari dan ada juga yang harus ternaungi. Sebagian aglaonema dapat hidup di tempat lembab, dan sebagian lagi di tempat sedikit kering.
Australia salah satu negara yang terus mengembangkan tanaman daun ini. Dari hasil pengembangan tersebut, sekarang telah banyak varietas aglaonema yang dihasilkan oleh negara tersebut. Warna daun aglaonema pun lebih bervariasi dan warna-warni, dari hijau, putih, hingga merah dan kuning.








Gambar1. Tanaman Aglonema
Tanaman aglonema merupakan salah satu jenis tanaman hias daun karena keindahan tanaman ini terletak pada bentuk, corak, dan warna daunnya. Tanaman ini berasal dari negara Asia, seperti Cina bagian selatan, Indonesia, Malaysia,Birma, Thailand, dan Philipina. Di habitat aslinya, tanaman ini hidup di hutan dengan pencahayaan yang terbatas.
Sebagai tanaman hias daun, aglaonema diminati oleh banyak orang. Karena memiliki corak warna daun yang beragam. Warna-warna yang  memancarkan pesona yang memikat. Perkembangan aglaonema saai ini pesat sekali. Silangan baru bermunculan, baik dari dalam maupun luar negeri. Tanaman hias yang cantik, molek ini mudah dirawat dan termasuk tanaman yang tahan terhadap pengaruh lingkungan dan OPT. Tahan lama didalam ruangan sehingga cocok untuk tanaman hias dalam ruangan. (Anonim, 2015)
Dalam klasifikasi penamaan ilmiah, aglaonema masih satu famili dengan tanaman anthurium, philodendron, difenbachia (blanceng), yaitu famili Araceae. Famili tersebut mempunyai anggota dengan ukuran daun yang relatif besar. Adapun secara lengkap sistematika aglaonema sebagai berikut.
Filum                   : Plantae
Divisi                    : Spermatophyta
sub-divisi              : Angiospermae
Kelas                    :Monocotyledoneae
Ordo                     : Araceales
Famili                    : Araceae
Genus                    : Aglaonema
Spesies                  : Aglaonema modestum, A.brevispathum,
                               A.cochinchinense, A. pumilum, A. hospitum, A.
                              simplex, A. commutatum, A. costatum,
Ada 3 metode utama pengembang biakkan tanaman hias ini. Pertama, cara generatif. Yaitu perbanyakan dengan biji. Cara ini agak rumit, karena harus tahu teknik peyerbukan pada tanaman ini. Penyerbukan atau perkawinan pada aglaonema tidak bisa secara alami. Karena bunga jantan dan betina jadi satu dan terbungkus oleh seludang. Kedua, cara vegetatif. Perbanyakan tanaman dengan cara ini mudah dilakukan. Tidak diperlukan pengetahuan teknis khusus. Dapat menghasilkan tanaman hias dalam jumlah banyak dengan sifat yang mirip iiduknya. Ketiga, cara kultur jaringan. Cara ini adalah cara yang dapat menghasilkan jumlah anakan secara masal dan cocok untuk usaha agribisni.
Tanaman Aglonema yang diperbanyak dengan Kultur jaringan dilakukan oleh para pengusaha agribisnis dengan tujuan mendapatkan bibit dalam jumlah masal untuk diperjualbelikan.  Kultur jaringan menggunakan berbagai bagian tanaman aglonema. Tanaman Aglonema memiliki ciri khas dari berbagai tempat aslinya, salah satunya usaha memasukan tanaman Aglonema yang berasal dari negara Australia. Pemasukan tanaman Aglonema dari Australia untuk tujuan perbanyakan meningkatkan peluang masuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari Australia ke Indonesia yang bisa terbawa melalui bibit Aglonema .  Untuk  mengantisipasi masuknya OPTK melalui bibit Aglonema  tersebut maka perlu dilakukan Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) terhadap pemasukan bibit tanaman Aglonema  dari Australia.   Metode yang digunakan berdasarkan pedoman penyusunan AROPT sesuai dengan ISPM No. 2 dan No. 11
Penyusunan AROPT berdasarkan Media Pembawa merupakan kegiatan Badan Karantina Pertanian untuk dapat menetapkan pengelolaan terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang  memenuhi syarat sebagai OPTK. Laporan ini merupakan wujud pertanggungjawaban Surat Penunjukan Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Pangan Hayati No. 7690./KR.020/L.3/8/2015, tanggal 31 Agustus 2015 tentang penunjukan melakukan AROPT, dan tugas dari Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang (terlampir Lembar Konfirmasi).  Diharapkan, laporan  ini  dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan yang akan diambil.

        1.2  Tujuan
Tujuan dilakukannya analisis risiko organisme pengganggu tumbuhan (AROPT) terhadap pemasukan bibit tanaman Aglonema  dari Australia adalah untuk :
1.    Mengidentifikasi OPT yang terbawa bibit Aglonema  dari Australia yang belum terdapat di Indonesia.
2.    Melakukan penilaian untuk menentukan status suatu OPT yang memenuhi syarat sebagai OPTK yang dimungkinkan terbawa bibit Aglonema  dari Australia.
3.    Menentukan pengelolaan risiko dan membuat rekomendasi persyaratan pemasukan bibit Aglonema  dari Australia ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
 
         1.3  Dasar Hukum
a.  Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
b.  Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
c.  Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170);
d.  Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan
e.  Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1977 juncto Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1990 tentang Pengesahan International Plant Protection Convention 1951;
f.  Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun1992 tentang Pengesahan Plant Protection Agreement for the South East Asia And Pacific Region;
g.  Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/10/ 2006, tentang Persyaratan Tambahan Karantina Tumbuhan;
h.  Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No 35);
i.   Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pengeluaran dan Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dari Suatu Area ke Area Lain di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
j.   Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/2/ 2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Kemasan Kayu ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia
k.  Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/OT.140/9/ 2010 tentang Pelaksanaan Tindakan Karantina di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
l.   Peraturan  Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/ 2011 tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
m. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/ 2011 tentang Tempat-Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
n.  Peraturan Menteri Pertanian Nomor 05/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Bibit Hortikultura (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 199);
o.  ISPM Nomor 2 tahun 2007 Framework for Pest Risk Analysis
p.  ISPM Nomor 11 tahun 2004 tentang Pest Risk Analysis for Quarantine Pests, Including Analysis of Enviromental Risk and Living Modified Organisms)
q.  Pedoman AROPT Berdasarkan Komoditas Revisi IV  tahun 2014.

1.4      Pengertian Umum

a. Area bebas OPT adalah suatu area yang tidak terjangkit OPT tertentu yang didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang layak dan dalam pengendalian secara resmi oleh pemerintah.
b. Komoditas adalah jenis tumbuhan, hasil tumbuhan, atau bahan lain yang dipindahkan/diangkut dari suatu tempat ke tempat lain untuk perdagangan atau tujuan lain. 
c. Media pembawa adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa organisme pengganggu tumbuhan karantina.
d. Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) adalah suatu organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, menyebabkan kematian tumbuhan.
e. Organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) adalah semua OPT yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
f. Penilaian risiko OPT adalah penilaian terhadap peluang masuk dan menyebarnya OPT serta dampak yang ditimbulkan secara ekonomi.
g. Pengelolaan risiko OPT adalah penentuan pilihan pengelolaan risiko OPT untuk menghilangkan atau mengurangi peluang masuk, menetap dan menyebarnya suatu OPT ke suatu area baru.
h.      Sertifikat Kesehatan Tumbuhan adalah surat keterangan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang di negara atau area asal/pengirim/transit yang menyatakan bahwa tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan yang tercantum di dalamnya, bebas dari OPT, OPTK golongan I, OPTK golongan II, dan/atau organisme pengganggu tumbuhan penting (OPTP), serta telah memenuhi persyaratan karantina tumbuhan yang ditetapkan dan/atau menyatakan keterangan lain yang diperlukan.
i.      Tindakan karantina tumbuhan di negara asal adalah tindakan sertifikasi yang dilaksanakan di negara asal di bawah pengawasan/supervisi petugas NPPO negara tujuan.
















II.  INISIASI

          2.1  Alasan Dasar Inisiasi

Inisiasi merupakan tahap awal dalam rangkaian proses AROPT. Tujuan melakukan inisiasi adalah untuk mengetahui (mengindentifikasi) jenis dan bentuk media pembawa yang akan diimpor dan OPT/OPTK yang menjadi perhatian karantina.
Media pembawa yang akan diimpor adalah bibit tanaman Aglonema  dari Australia dalam bentuk bibit.
Data bibit Aglonema  yang akan dimasukkan ke Indonesia adalah sbb :
a.     Nama media pembawa : Aglonema
b.      Nama Ilmiah : Aglaonema spp
c.      Nama Umum :  Aglonema
d.     Taksonomi :
          Filum               : Plantae
          Divisi               : Spermatophyta
          sub-divisi         : Angiospermae
          Kelas               :Monocotyledoneae
          Ordo                : Araceales
          Famili              : Araceae
          Genus              : Aglaonema
          Spesies            : Aglaonema spp
e.         Bentuk bibit : Kultur Jaringan dan Bare Root
f.         Varietas/klon/Hibrida : Aglaonema BJ Freeman,  Aglaonema Marie,  Aglaonema Snow vinrite,  Aglaonema Hot Lan,  Aglaonema Vitura
g.        Banyak bibit : 50 Batang
h.        Negara tempat asal bibit diproduksi : Australia
i.          Tujuan pemasukan  : untuk Perbanyakan tanaman dengan sistem Kultur Jaringan secara komersial untuk diekspor kembali
j.          Tempat pemasukan : Bandara Soekarno-Hatta

          2.2  Penetapan PRA Area

    Pemasukan bibit Aglonema  dari Australia ke Indonesia, berpotensi membawa OPT/OPTK yang dapat membahayakan pertanian yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Republik Indonesia. Rencana pemasukan bibit Aglonema  melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta dan akan ditanam di Indonesia dengan tujuan untuk Perbanyakan tanaman dengan sistem Kultur Jaringan secara komersial untuk diekspor kembali, sehingga Pest Risk Analysis (PRA) Area yang ditetapkan adalah wilayah Negara Republik Indonesia sebagai tempat perbanyakan bibit Aglonema .

     2.3  Pembuatan Daftar OPT dan Penentuan Kemungkinan OPT    Terbawa Media Pembawa

Dari hasil penelusuran dengan CABI (2007) diperoleh OPT pada bibit Aglonema  yang ada di  Australia  sebanyak  15 OPT,  sedangkan OPT pada bibit Aglonema  yang ada di Indonesia sebanyak 13 OPT. Persandingan data OPT Aglonema  yang ada di Australia dan yang ada di Indonesia disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 : Daftar OPT yang menyerang  bibit Aglonema  yang ada  di Australia dan di Indonesia.

AUSTRALIA
INDONESIA


INSECTS
INSECTS

Aphis craccivora
Aphis craccivora

Aphis gossypii
Aphis gossypii

*Bemisia tabaci
Myzus persicae

Myzus persicae
Ceroplastes rubens

Ceroplastes rubens
*Pseudococcus jackbeardsleyi




  NEMATODES
  NEMATODES

Pratylenchus coffeae
Pratylenchus coffeae




  FUNGI/OOMYCETES
  FUNGI/OOMYCETES

Ceratocystis paradoxa
Ceratocystis paradoxa

 Corticium rolfsii
 Corticium rolfsii

Glomerella cingulata
Glomerella cingulata

Pythium myriotylum
Pythium myriotylum


*Phytophthora colocasiae




  BACTERIA
  BACTERIA

Erwinia carotovora subsp. carotovora                   
 Erwinia carotovora subsp. carotovora              

 *Erwinia chrysanthemi


 *Xanthomonas axonopodis pv.    Dieffenbachiae





  VIRUSES
  VIRUSES

Cucumber mosaic virus
Cucumber mosaic virus

*Dasheen mosaic virus








2.4  Penyajian Data OPT

Hasil dari data sanding dan penelusuran dengan CABI (2007) dan Peraturan Menteri Pertanian No.93 Tahun 2011 didapat OPT yang berpotensi terbawa bibit Aglonema  yang ada di Australia dan tidak ada di Indonesia tercantum pada Tabel 2. 

Tabel   2. Jenis-jenis OPT hasil inisiasi

OPT PADA bibit Aglonema  YANG ADA DI AUSTRALIA TIDAK ADA DI INDONESIA
OPT/OPTK
Potensi Terbawa Bibit Aglonema
Proses Lanjut
INSECTS


Bemisia tabaci
Tidak
Tidak



BACTERIA


 Erwinia chrysanthemi
Ya

Ya
 Xanthomonas axonopodis pv.    Dieffenbachiae
Ya

Ya
VIRUSES


 Dasheen mosaic virus
Ya
Ya



       2.5  Kesimpulan Inisiasi

   Terdapat 2 OPT yang berpotensi berasosiasi dengan bibit Tanaman Aglonema  dari Australia yang belum ada terdaftar di Indonesia, terdiri dari 2 spesies Bakteri, dan 1 jenis  virus, yaitu :

Satu  (2) spesies Bakteri :
1.      Erwinia chrysanthemi
2.      Xanthomonas axonopodis pv.    dieffenbachiae
Satu   (1) jenis virus :
1.      Dasheen mosaic virus
OPT/OPTK diatas akan dilanjutkan ke tahap penilaian risiko.
























III.  PENILAIAN RISIKO

          3.1  Kategorisasi OPT

Kategorisasi OPT dimaksudkan untuk mengetahui apakah OPT yang tercantum pada Tabel 2. memiliki potensi sebagai OPTK sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh suatu negara.  

Tabel 3. Kategorisasi OPT pada pemasukan bibit tanaman Aglonema  dari Australia.
Nama Ilmiah
Status
Dasar penetapan status

Erwinia chrysanthemi
OPTK A1
Cabi/EPPO
Xanthomonas axonopodis pv.    Dieffenbachiae
OPTK A1
·  Permentan 93/2011
Dasheen Mosaic Virus
OPTK A1
Cabi/EPPO

Penilaian risiko dilakukan terhadap 2 jenis OPTK, yang terdiri dari :
1.     Erwinia chrysanthemi
2.     Xanthomonas axonopodis pv.    Dieffenbachiae
3.     Dasheen Mosaic Virus

3.2  Penilaian Risiko

3.2.1 Erwinia chrysanthemi

A  Penilaian Kemungkinan Erwinia chrysanthemi (Burkh.) Young et al. 1978 Masuk ke PRA Area

Identitas OPTK
Domain: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gammaproteobacteria
Order: Enterobacteriales
Family: Enterobacteriaceae
Nama umum :  

English:
bacterial wilt of dahlia
bacterial wilt of chrysanthemum
bacterial soft rot of tobacco
bacterial wilt of ornamentals
blackleg of potato
wet rot of the pseudostem of plantain
bacterial head rot of banana
fruit collapse of pineapple

Nama Ilmiah lain :

Erwinia carotovora f.sp. parthenii Starr
Erwinia carotovora f.sp. zeae Sabet
Erwinia maydis Starr
Pectobacterium carotovorum f. sp. chrysanthemi (Burkh.) Dowson
Pectobacterium parthenii-dianthicola Hellmers
Pectobacterium carotovorum var. graminarum Dowson & Hayward
Pectobacterium carotovorum var. chrysanthemi (Burkh.) Graham & Dowson
Erwinia dieffenbachiae MacFadden
Erwinia carotovora var. chrysanthemi (Burkh.) Dye
Erwinia paradisiaca Fernandez-Borrero & Lopez-Duque
Pectobacterium chrysanthemi (Burkh.) Brenner et al.
Pectobacterium chrysanthemi pv. zeae (Sabet) Brenner et al.




                      (a)                                                (b)



                             
                   Gambar2.  (a) Gejala tanaman Aglonema terinfeksi Erwinia 
                   chrysanthemi pada akarnya  (Cabi,2007), (b)  Gejala tanaman   
                    Kentang terinfeksi Erwinia chrysanthemi pada akarnya

Distribusi geografis

Europa  : Austria, Belarus, Belgium, Bulgaria, Croatia, Czech, Denmark, Finland, France, Germany, Hungary, Ireland, Italy, Latvia, Lithuania, Luxenbourg, Moldava, Netherland, Noeway, Poland, Romania, Russian Federation, Slovakia, Slovenia, Sweden, Switzerland, Ukraine, UK, Yugoslavia, Spain.
Asia : Bangladesh, China, Japan, Iran, Israel, Korea, Malaysia, Nepal, Saudi Arabia, Sri Lanka, Syria.
Africa : Algeria, Comoros, Congo, Egypt, Kenya, Mariutinius, Moroco, Sinegal, South Africa, Sudan, Zimbabwe
America : Canada, USA
Oceania : Australia, Caroline Islands, New Zealand.
                       
Gejala:
Serangan E. chrysanthemi dapat menyebabkan kerusakan organ tanaman seperti akar, batang, daun, dan organ penyimpana.  Kerusakan yang ditimbulkan tergantung pada jenis tanaman dan kondisi lingkungan. Gejala yang dihasilkan bervariasi dari busuk lunak sampai layu.
Gejala Penyakit yang disebabkan oleh E. chrysanthemi biasanya terjadi dalam bentuk yang parah pada organ tanaman sukulen atau bagian yang tidak ada jaringan yang keras pada kondisi suhu tinggi, suasana lembab dan tingkat kandungan nitrogen yang tinggi. Gejala yang parah terjadi pada suhu di atas, 28 ° C. Namun, penyakit ini mungkin menimbulkan  ringan, atau tanaman tetap tanpa gejala, pada suhu di bawah 20 ° C.


Transmisi:

Patogen dapat diisolasi dari air di India (Saxena dan Lal, 1987 dalam Cabi 2007) dan hal itu ditemukan di wilayah Australia (New South Wales) sebagai komponen alami dari mikroflora air yang dapat menginfeksi kentang melalui air irigasi (Cother dan Gilbert, 1990; Cother et al., 1992 dalam Cabi 2007). Jika tidak dari aliran air, bahan tanam umumnya bisa menularkan patogen. Stek beberapa tanaman Musa sp., Anyelir, dahlia, dieffenbachia, krisan, dan umbi-umbian dari dahlia dan kentang, dapat menularkan penyakit karena infeksi internal dalam saluran pembuluh. Namun, E. chrysanthemi bukan seedborne pada jagung, baik eksternal atau internal (Prasad dan Sinha, 1978 dalam Cabi 2007). Penyebaran patogen antara tanaman juga dapat terjadi oleh hama serangga dan air yang terkontaminasi.

Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan masuk E. chrysanthemi pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 4.
















   Tabel 4. Penilaian faktor yang menentukan potensi masuk Erwinia chrysanthemi di PRA area

No.
Faktor yang dinilai
Nilai Risiko
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
a
Kemungkinan OPT/OPTK  terbawa oleh media pembawa

Tinggi
Erwinia chrysanthemi sangat mungkin terbawa oleh media pembawa, karena :
-   Media pembawa yang akan dimasukkan berupa bibit Aglonema  dalam bentuk kultur jariangan dan bare root sebanyak  50 batang dengan satu kali frekuensi pemasukan. Sedangkan Erwinia chrysanthemi bisa bertahan pada bagian vegetative tanaman inangnya (John Smith Drive, 2007).
- Salah satu inang dari Erwinia chrysanthemi adalah Aglonema  CABi, 2007).
-   Bagian tanaman yang diserang oleh Erwinia chrysanthemi adalah jaringan pembuluh yang hampir berada disemua bagian vegetative tanaman (CABI 2007)
-   Belum ada laporan kerugian Erwinia chrysanthemi pada Aglonema  di Australia namun  di israel dan Inggris pernah dilaporkan benih kentang mengalami layu sebanyak 2-30 % (John Smith Drive, 2007). Secara khusus, tidak ada perlakuan   yang direkomendasikan untuk  membebaskan bibit dari infeksi Bakteri Erwinia chrysanthemi pada Aglonema, sehingga kemungkinan besar OPT dapat terbawa bibit yang di impor.
b
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan selama dalam perjalanan dan penyimpanan
Tinggi
Erwinia chrysanthemi sangat mungkin bertahan  selama dalam perjalanan dan di penyimpanan.
Karena :
-     Erwinia chrysanthemi merupakan parasit  obligat.  Bakteri ini   pada bibit / tanaman yang terinfeksi  dipertahankan dalam sel terutama di pembuluh jaringan dan bakteri  mampu bertahan selama jaringan inang masih  hidup.
-     Suhu selama perjalanan dapat disesuai dengan kebutuhan suhu bibit, sehingga bibit dapat terjaga dengan baik, sehingga bakteri pun tahan selama perjalanan hampir 6 jam.
c
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan terhadap sistem pengendalian yang diaplikasikan
Tinggi
Bakteri Erwinia chrysanthemi sangat mungkin bertahan terhadap sistem pengendalian.
Karena
-   Secara khusus, tidak ada perlakuan   yang direkomendasikan untuk  membebaskan bibit dari Bakteri Erwinia chrysanthemi, sehingga kemungkinan besar OPT dapat terbawa bibit yang di impor. (Cabi,, 2007)
-   Bakteri Erwinia chrysanthemi ni ditularkan dari bagian vegetative yang terserang atau dari air yang terkontaminasi. Sehingga eradikasi Bakteri Erwinia chrysanthemi lebih ditekankan pada seluruh bagian tanaman yang terserang ataupun irigasi yang tercemar sehingga memerlukan biaya yang cukup mahal.
d.
Kemampuan melakukan deteksi di tempat pemasukan
Sedang
BBKP Soekarno- Hatta dan BBUSKP kemungkinan mampu melakukan deteksi  terhadap keberadaan virus ini. Karena :
-     Balai Besar ini mempunyai SDM dan sarana yang mencukupi untuk pengujian terhadap bakteri ini.
-     Bakteri Erwinia chrysanthemi dapat diuji dengan menggunakan teknik ELISA atau PCR
-     Pemasukan bibit sebanyak 50 batang kultur jaringan memberi peluang masuknya Bakteri Erwinia chrysanthemi Karena  pemeriksaan sebatas pada sampel uji .

Nilai Kombinasi
sedang
Tinggi x tinggi x tinggi x  sedang


Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi masuk, didapat bahwa potensi masuk Bakteri Erwinia chrysanthemi ke dalam wilayah Republik Indonesia termasuk dalam kategori sedang.


A.    Penilaian Kemungkinan OPT/OPTK Menetap Di  PRA Area

Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan menetap Bakteri Erwinia chrysanthemi pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Penilaian faktor yang menentukan potensi menetap Bakteri Erwinia chrysanthemi di PRA area

No.
Faktor yang dinilai
Nilai
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
a
Ketersediaan tanaman inang (inang alternatif, inang perantara)
Tinggi
Keberadaan dan ketersediaan tanaman inang sangat memungkinkan  Bakteri Erwinia chrysanthemi menetap di PRA area.
Karena :
-        Bakteri Erwinia chrysanthemi memiliki kisaran inang yang luas termasuk sejumlah tanaman penting.

Inang utama :
Aglaonema , Allium (onions, garlic, leek, etc.), Ananas comosus (pineapple), Araceae , Begonia , Brachiaria (signalgrass), Brassica oleracea (cabbages, cauliflowers), Chrysanthemum maximum hybrids , Chrysanthemum vestitum , Dianthus (carnation), Dieffenbachia (dumbcanes), Dracaena marginata (Madagascar dragon tree), Elettaria cardamomum (cardamom), Pelargonium zonale hybrids , Philodendron

Inang alternatif :

-     Aechmea fasciata , Aglaonema commutatum , Allium cepa (onion), Allium fistulosum (Welsh onion), Allium sativum (garlic), Anemone (windflower), Apium graveolens (celery), Brassica oleracea var. capitata (cabbage), Canna , Capsicum annuum (bell pepper), Celosia argentea (celosia), Cichorium endivia (endives), Cichorium intybus (chicory), Colocasia esculenta (taro), Consolida ambigua (rocket larkspur), Cucumis melo (melon), Cyclamen , Cynara cardunculus L. var. scolymus (globe artichoke), Dahlia pinnata (garden dahlia), Daucus carota (carrot), Dianthus barbatus (sweet williams), Dianthus caryophyllus (carnation), Dieffenbachia maculata (spotted dumbcane), Euphorbia pulcherrima (poinsettia), Helianthus annuus (sunflower), Hyacinthus (hyacinth), Imperata cylindrica (satintail), Ipomoea batatas (sweet potato), Kalanchoe blossfeldiana (Flaming katy), Lactuca sativa (lettuce), Lycopersicon esculentum (tomato), Medicago sativa (lucerne), Musa textilis (manila hemp), Musa x paradisiaca (plantain), Nicotiana tabacum (tobacco), Oryza sativa (rice), Panicum maximum (Guinea grass), Parthenium argentatum (Guayule), Paspalum , Pennisetum purpureum (elephant grass), Phalaenopsis , Philodendron bipennifolium , Philodendron bipinnatifidum (lacy tree philodendron), Pyrus communis (European pear), Raphanus sativus (radish), Saccharum officinarum (sugarcane), Saintpaulia ionantha (African violet), Sedum spectabile (showy stonecrop), Solanum melongena (aubergine), Solanum tuberosum (potato), Sorghum bicolor (sorghum), Sorghum sudanense (Sudan grass), Syngonium podophyllum (Arrowhead vine), Tulipa (tulip), Urochloa mutica (tall panicum), Xanthosoma caracu , Zea mays (maize)

-            
b.
Kesesuaian Lingkungan
Tinggi












Lingkungan abiotik sangat mendukung Bakteri Erwinia chrysanthemi menetap di PRA area. :
-    Lingkungan yang ideal untuk Bakteri Erwinia chrysanthemi adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya dan juga sangat banyak tersedia tanaman inang alternatifnya sebagai tempat bertahan hidup dan berkembang sepanjang tahun.
-    bibit di tanam untuk perbanyakan, yang lokasinya diperkirakan di wilayah yang cocok untuk ditanam tanaman Aglonema . Sehingga memungkinkan ada aliran irigasi atau aliran air yang bisa membawa bakteri ini berpindah ke tanaman lain.
-    Aglonema  merupakan tanaman yang tumbuh baik pada kisaran suhu 24-30° C, lembab, dan cukup sinar matahari. Di Indonesia dengan iklim tropisnya sangat cocok dengan kondisi yang dibutuhkan tanaman aglonema.
-    Bakteri dapat hidup dengan baik pada kisaran suhu 21 – 31°C dan suhu ini adalah suhu yang kisaran tropis.
-    Lingkungan yang mendukung  merupakan salah satu faktor bagi perkembangannya.
-     Bakteri Erwinia chrysanthemi ini kemungkinan bisa menetap / berkembang dalam rumah kaca (green house).
c
Sistem budidaya tanaman dan  tindakan pengendalian OPT
Tinggi
Sistim budidaya tanaman dan tindakan pengendalian sangat memungkinkan Bakteri Erwinia chrysanthemi ini menetap di PRA area.
Karena :
- Belum ada laporan pengendalian  yang  efektif. Untuk membebaskan tanaman dari Bakteri Erwinia chrysanthemi.
-Eradikasi Bakteri Erwinia chrysanthemi lebih ditekankan pada eradikasi dan penggunaan irigasi yang steril yang memerlukan biaya yang cukup mahal.
d
Strategi perbanyakan dan perkembangan dan metode bertahan
Tinggi
Strategi reproduksi dan metode bertahan yang dimiliki sangat memungkinkan Bakteri Erwinia chrysanthemi ini menetap di PRA Area
-       Perbanyakan dengan pembelahan diri berlangsung sangat cepat dalam jaringan hidup inang.
e
Kemampuan adaptasi
Tinggi
Bakteri Erwinia chrysanthemi sangat adaptif sehingga sangat mungkin dapat menetap di PRA area.
- Bakteri Erwinia chrysanthemi memiliki kisaran inang yang luas termasuk sejumlah tanaman penting yang ada di pertanaman pertanian di wilayah RI. Sehingga kemungkinan menetap di PRA area tinggi.


Nilai kombinasi
Tinggi
Tinggi x Tinggi x Tinggi x Tinggi x Tinggi


Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi menetap, didapat bahwa potensi menetap Bakteri Erwinia chrysanthemi ke dalam wilayah Republik Indonesia termasuk dalam kategori tinggi.


B.   Penilaian Kemungkinan  OPT/OPTK  Menyebar Di PRA Area

Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan menyebar Bakteri Erwinia chrysanthemi pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Penilaian faktor yang menentukan potensi menyebar Bakteri Erwinia chrysanthemi  di PRA area

No.
Faktor yang dinilai
Nilai
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
a
Kesesuaian lingkungan budidaya dan lingkungan alami yang mendukung penyebaran OPT secara alami.
Tinggi
Lingkungan budidaya dan lingkungan alami sangat mendukung penyebaran Bakteri Erwinia chrysanthemi. 
-         Lingkungan yang ideal untuk Bakteri Erwinia chrysanthemi adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya. Aglonema  tumbuh optimal pada suhu 22-30oC.  Lingkungan ini di Indonesia sangat sesuai untuk perkembangan bakteri ini, disamping itu ketersediaan tanaman inang selalu ada sepanjang tahun.


b
Ada atau tidak adanya penghambat alami (natural barrier)
Sedang
Penghambat alami tidak berfungsi dengan baik sehingga masih menungkinkan Bakteri Erwinia chrysanthemi menyebar lebih lanjut.
- Terdapat barier alami  berupa sungai dan laut yang menjadikan jarak antara suatu pulau ke pulau lain, namun lalu lintas manusia sangat tinggi yang dapat membantu penyebaran bakteri ini yang terbawa dengan media pembawa ke daerah lainnya.

c
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau alat angkut.
Tinggi
Bakteri Erwinia chrysanthemi sangat mungkin disebarkan melalui komoditas yang diperdagangkan antar area/daerah dan/atau alat angkut.
-   Bakteri Erwinia chrysanthemi dapat  ditularkan melalui umbi, potongan batang ataupun akar dari tanaman yang terinfeksi bahkan air yang terkontaminasi (John Smith Drive, 2007).

d
Penggunaan media pembawa setelah dimasukkan.
Tinggi
·    bibit Aglonema  ini setelah dimasukkan akan ditanam untuk perbanyakan yang tentunya ditanam dilokasi yang cocok dengan pertumbuhan Aglonema  di Indonesia. Sehingga sangat mungkin menyebarkan Bakteri Erwinia chrysanthemi.
·    Sebagian besar wilayah RI sesuai untuk pertanaman Aglonema.

e
Ketersediaan vektor di PRA area (hanya untuk virus, fitoplasma dan beberapa jenis nematoda)
-
-

Nilai kombinasi
Tinggi
Tinggi x Sedang x Tinggi x Tinggi

·    Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi menyebar, diketahui bahwa potensi menyebar Bakteri Erwinia chrysanthemi termasuk dalam kategori Tinggi.

·    Penilaian Risiko Keseluruhan Kemungkinan Masuk, Menetap dan Menyebar dari Bakteri Erwinia chrysanthemi adalah  : Sedang x Tinggi x Tinggi = Sedang.
C.     Penilaian Dampak Kerugian Secara Ekonomi

·    Hasil penilaian  faktor yang menentukan dampak kerugian secara ekonomi Bakteri Erwinia chrysanthemi pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Penilaian dampak kerugian secara ekonomi
No.
Faktor yang dinilai
Nilai risiko
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
a
Pengaruh OPTK terhadap kerusakan dan penurunan produksi
Tinggi (3)
-     Belum  ada laporan kerugian Bakteri Erwinia chrysanthemi  pada Aglonema .
-      Infeksi  Bakteri Erwinia chrysanthemi pada kentang Inggris dan Israel menyebabkan tanaman layu sebanyak 30 persen (John Smith Drive, 2007). Serta pernah dilaporkan bakteri ini menyebabkan 80-85 % tanaman jagung layu sehingga menimbulkan kerugian sampai 98 % di India  (Thind and Payak, 1985 dalam Cabi ,2007)
b
Pengaruh OPTK thd kehidupan dan kesehatan manusia
Tidak beresiko
(0)

Belum ada bukti bakteri ini menyerang manusia
c
Pengaruh OPTK thd lingkungan (ekologi/ tanaman asli, pariwisata, dll.)
Rendah
(1)
-       Belum ada bukti bahwa bakteri  ini menimbulkan kerusakan  lingkungan
d
Biaya untuk pengendalian atau eradikasi
Rendah
(1)
-            - Pengendalian dengan eradikasi atau pestisida belum pernah dilakukan
e
Pengaruhnya thd perdagangan domestik dan internasional
Sedang
(2)
Mungkin akan berpengaruh negatif   terhadap  perdagangan domestik , karena
-           jika bakteri ini masuk ke Indonesia akan menghancurkan pertanaman Aglonema  di Indonesia dan akan mempengaruhi perdagangan domestik Aglonema  di Indonesia.
f
Kemungkinan muncul masalah sosial
sedang
(2)
Masalah sosial sangat mungkin terjadi, karena
-   Aglonema  adalah tanaman hias yang sefamili dengan tanaman Araeceae yang sebagaian besar masyarakat menanamnya untuk untuk bahan makanan, buah dan sayuran.


Rata-rata:
9/6 = 1.5 (sedang)
(3+0+1+1+2+2)/6= 1,5


Kesimpulan hasil penilaian dampak kerugian secara ekonomi akibat introduksi Bakteri Erwinia chrysanthemi termasuk dalam kategori Sedang.

D.    Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)

Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk) dari Bakteri Erwinia chrysanthemi tercantum pada Tabel 8.


Tabel 8. Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)

Faktor yang dinilai
Nilai Risiko
Kemungkinan masuk, menetap dan menyebar
sedang.
Dampak kerugian ekonomi
Sedang
Overrall Risk
Sedang x Sedang = Sedang

Maka Nilai risiko keseluruhan (Overall Risk) adalah Rendah















3.2.2  Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae (McCulloch & Pirone 
          1939) Vauterin et al. 1995

A.   Penilaian Kemungkinan Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae   Masuk ke PRA Area

1.   Identitas OPTK
Domain: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gammaproteobacteria
Order: Xanthomonadales
Family: Xanthomonadaceae

Nama umum :  

English:
bacterial blight of aroids
anthurium blight
bacterial blight of anthurium

Nama Ilmiah lain :

Xanthomonas dieffenbachiae (McCulloch & Pirone) Dowson 1943
Bacterium dieffenbachiae McCulloch & Pirone 1939
Phytomonas dieffenbachiae McCulloch & Pirone 1939
Xanthomonas campestris pv. dieffenbachiae (McCulloch & Pirone 1939) Dye 1978
Xanthomonas campestris pv. syngonii Dickey & Zumoff 1987








 











                             (a)                                                          (b)

       Gambar 3.    (a).Aglonema  ter infeksi Xanthomonas axonopodis pv.
             Dieffenbachiae  ( www.eppo.int/QUARANTINE. 2015)                     
                            (b) Massa bakteri


Distribusi geografis

Europe: Germany, Italy, Netherlands
Asia: China, Phillipines, turkey
Central America and Caribbian : Barbados, Bermuda, Costarica, Dominica, Grodolope, Jamaica, Maritinique, Phuortorico, South Vincent and Grenadines, Trinidad and Tobago.
North America : Canada, USA
South America : Brazil, Venezuela
Oceania : Australia

Gejala serangan :

Pada tanaman Aglonema penyakit ini mempuanyi 2 macam infeksi, infeksi yang terjadi pada daun dan infeksi yang terjadi secara sistemik. Infeksi yang terjadi pada daun, pada bagian tepi daun bagian bawah akan terlihat bercak kebasahan dan daun akan terlihat spot-spot yang menguning.  Dalam kondisi kering bercak berukuran kecil dan berwarna gelap.  Selanjutnya spot-spot tersebut menyatu menjadi nekrotik coklat yang berukuran besar dengan daerah pinggiranya berwarna kuning.

Gejala infeksi sistemik berupa menguningnya daun tua dan tangkainya. Dan infeksi sitemik pada bunga, bunga akan mudah pecah serta terdapat garis  gelap yang memanjang disekitar kelopak dan mahkotanya.ketika tangkai dipotong maka pada jaringan pembuluh berwarna  gelap kekuningan dan akhirnya seluruh tanaman akan mati. Infeksi sistemik terkadang juga menghasilkan bercak kebasahan ketikat bakteri menyerang bagian jaringan pembuluh maka bercak kebasahan juga ditemukan sekitar jaringan pembuluh.

Tranmisi

  Infeksi Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae terjadi ketika suhu lingkungan hangat atau  lebih dari 25oC dan  lembab.  Bakteri ini dapat menginfeksi malelui luka, hidatoda dan stomata.  Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae   menyebar dari tanaman satu ke tanaman lain melalui luka, aliran air, alat pertanian yang terkontaminasi, dan kemungkinan juga adanya aktifitas nematode di dalam tanah.  Bakteri ini juga bisa tertular ketika ada pemangkasan daun atau batang (Nishijima and Fujiyama, 1985) dalam cabi (2007).

Secara alami bakteri ini hanya menyebar secara local. Penyebaran yang luas secara ekstrenal terjadi ketika ada penyebaran media pembawa berupa kultur jaringan dari tanaman hias araceae yang mengandung bakteri ini. Norman and Alvarez (1994a) dalam Cabi (2007) menemukan bakteri ini pada tanaman Anthurium yang berumur satu tahun yang tidak menunjukan gejala pada perbanyakan secara kultur jaringan.

Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan masuk  Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 9.




Tabel 9.  Penilaian faktor yang menentukan potensi masuk bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae di PRA area

No
Faktor yang dinilai
Nilai Risiko
Penjelasan
a.
Kemungkinan OPT/OPTK  terbawa oleh media pembawa

Tinggi
bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae sangat mungkin terbawa oleh media pembawa, karena :
-    Media pembawa yang akan dimasukkan berupa bibit Aglonema  dalam bentuk bibit  Kultur Jaringan dan Bare Root sebanyak  50 batang dengan satu kali frekuensi pemasukan. Sedangkan bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae bisa bertahan dalam kultur  jaringan lebih dari 1 tahun Norman and Alvarez (1994a)
-    bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae dapat menyerang bibit dan dapat disebar luaskan melalui bibit yang terinfeksi (Cabi , 2007).

b.
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan selama dalam perjalanan dan penyimpanan
Tinggi
Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae  ini sangat mungkin bertahan selama dalam perjalanan dan penyimpanan.  Karena :
bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae bisa bertahan dalam kultur  jaringan lebih dari 1 tahun Norman and Alvarez (1994)
Perjalalan dari Australia selama 6 jam, sehingga sangat mungkin bakteri dapat bertahan selama perjalanan.
-           
c.
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan terhadap sistem pengendalian yang diaplikasikan
Tinggi
Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae sangat mungkin bertahan terhadap sistem pengendalian.
Karena
-   Secara khusus, tidak ada perlakuan   yang direkomendasikan untuk  membebaskan bibit dari Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae, sehingga kemungkinan besar OPT dapat terbawa bibit yang di impor. (Cabi,, 2007)
-   Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini ditularkan dari bagian vegetative yang terserang atau dari air yang terkontaminasi. Sehingga eradikasi Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae lebih ditekankan pada seluruh bagian tanaman yang terserang ataupun irigasi yang tercemar sehingga memerlukan biaya yang cukup mahal.
d.
Kemampuan melakukan deteksi di tempat pemasukan
Sedang
BBKP Soekarno- Hatta dan BBUSKP kemungkinan mampu melakukan deteksi  terhadap keberadaan virus ini. Karena :
-     Balai Besar ini mempunyai SDM dan sarana yang mencukupi untuk pengujian terhadap bakteri ini.
-     Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae dapat diuji dengan menggunakan teknik ELISA atau PCR (Soustrade, at all 2005)
-     Pemasukan bibit sebanyak 50 batang kultur jaringan memberi peluang masuknya Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae Karena  pemeriksaan sebatas pada sampel uji .

Nilai kombinasi
Sedang
Tinggi x Tinggi x Tinggi x sedang

Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi masuk, didapat bahwa potensi masuk Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ke dalam wilayah Republik Indonesia termasuk dalam kategori sedang.
B.   Penilaian Kemungkinan OPT/OPTK Menetap Di  PRA Area

Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan menetap Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Penilaian faktor yang menentukan potensi menetap  Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae di PRA area


No.
Faktor yang dinilai
Nilai
Penjelasan
a
Ketersediaan tanaman inang (inang alternatif, inang perantara)
Tinggi
Keberadaan dan ketersediaan tanaman inang sangat memungkinkan bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini dapat menetap di PRA area , karena
-   Inang bakteri ini sangat banyak di Indonesia dan begitu juga dengan tersedianya inang alternatif (Sumber, Cabi, 2007).

Inang Utama
-   Anthurium andreanum , Philodendron hederaceum (Heart-leaf philodendron), Philodendron hederaceum var. oxycardium

Inang Alternatif
-   Aglaonema commutatum , Anthurium crystallinum , Anthurium scherzerianum , Araceae , Caladium bicolor hybrids , Dieffenbachia maculata (spotted dumbcane), Epipremnum pinnatum (Hunters-robe), Philodendron bipinnatifidum (lacy tree philodendron), Syngonium podophyllum (Arrowhead vine), Xanthosoma caracu , Xanthosoma sagittifolium (yautia (yellow))
b.
Kesesuaian Lingkungan
Tinggi












Lingkungan abiotik sangat mendukung Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae menetap di PRA area. :
-    Lingkungan yang ideal untuk Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya dan juga sangat banyak tersedia tanaman inang alternatifnya sebagai tempat bertahan hidup dan berkembang sepanjang tahun.
-     Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini kemungkinan bisa menetap / berkembang dalam rumah kaca (green house).
-     Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. Dieffenbachiae bahkan masih bisa ditemukan walau sudah 1 tahun tidak ditemukan gejala dalam kultur jaringan (NVWA, 2015 )
c
Sistem budidaya tanaman dan  tindakan pengendalian OPT
Tinggi
Sistim budidaya tanaman dan tindakan pengendalian sangat memungkinkan Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini menetap di PRA area.
Karena :
- Belum ada laporan pengendalian  yang  efektif. Untuk membebaskan tanaman dari Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
- Eradikasi Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae lebih ditekankan pada eradikasi dan penggunaan irigasi yang steril yang memerlukan biaya yang cukup mahal.
d
Strategi perbanyakan dan perkembangan dan metode bertahan
Tinggi
Strategi reproduksi dan metode bertahan yang dimiliki sangat memungkinkan Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini menetap di PRA Area
-       Perbanyakan dengan pembelahan diri berlangsung sangat cepat dalam jaringan hidup inang.
e
Kemampuan adaptasi
Tinggi
Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae sangat adaptif sehingga sangat mungkin dapat menetap di PRA area.
-    Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae memiliki kisaran inang yang luas termasuk sejumlah tanaman penting yang berada di pertanaman pertanian di wilayah RI. Sehingga kemungkinan menetap di PRA area tinggi.



Total nilai
Tinggi
 Tinggi x Tinggi x Tinggi  x Tinggi x Tinggi

Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi menetap , didapat bahwa potensi meetap Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ke dalam wilayah Republik Indonesia termasuk dalam kategori Tinggi.


C. Penilaian Kemungkinan  Xanthomonas axonopodis pv.
     dieffenbachiae Menyebar Di PRA Area

Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan menyebar Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11.  Penilaian Kemungkinan  Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae Menyebar Di PRA Area
No.
Faktor yang dinilai
Nilai
Penjelasan
a
Kesesuaian lingkungan budidaya dan lingkungan alami yang mendukung penyebaran OPT secara alami.
Tinggi
-         Lingkungan budidaya dan lingkungan alami sangat mendukung penyebaran Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
-         Lingkungan yang ideal untuk Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya. Aglonema  tumbuh optimal pada suhu 22-30oC. Lingkungan di Indonesia sangat sesuai untuk perkembangan bakteri ini, disamping itu ketersediaan tanaman inang selalu ada sepanjang tahun.
-         Bakteri ini memiliki suhu optimal dalam perkembangannya suhu 22-30 derajat C (NVWA, 2015)
b
Ada atau tidak adanya penghambat alami (natural barrier)
Sedang
Penghambat alami tidak berfungsi dengan baik sehingga masih menungkinkan Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. Dieffenbachiae menyebar lebih lanjut.
-         Terdapat barier alami  berupa sungai dan laut yang menjadikan jarak antara suatu pulau ke pulau lain, namun lalu lintas manusia sangat tinggi yang dapat membantu penyebaran bakteri ini yang terbawa dengan media pembawa ke daerah lainnya.
-          

c
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau alat angkut.
Tinggi
Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae sangat mungkin disebarkan melalui komoditas yang diperdagangkan antar area/daerah dan/atau alat angkut.
-   Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae dapat  ditularkan melalui seluruh tanaman yang terinfeksi bahkan alat yang digunakan, dan tanah yang mengandung banyak nematoda (Cabi, 2007)
d
Penggunaan media pembawa setelah dimasukkan.
Tinggi
·    bibit Aglonema  ini setelah dimasukkan akan ditanam untuk perbanyakan yang tentunya ditanam dilokasi yang cocok dengan pertumbuhan Aglonema  di Indonesia. Sehingga sangat mungkin menyebarkan Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
·    Sebagian besar wilayah RI sesuai untuk pertanaman Aglonema.

e
Ketersediaan vektor di PRA area (hanya untuk virus, fitoplasma dan beberapa jenis nematoda)
Tinggi
Ada kemungkinan aktifitas OPT lain yang menimbulkan luka membantu infeksi bakteri dari tanah, air, alat yang terkontaminasi (Cabi, 2007)

Nilai kombinasi
Tinggi
Tinggi x Sedang x Tinggi x Tinggi x Tinggi


Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi menyebar, diketahui bahwa potensi menyebar Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae termasuk dalam kategori Tinggi.

Penilaian Risiko Keseluruhan Kemungkinan Masuk, Menetap dan Menyebar dari Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae adalah  : Sedang x Tinggi x Tinggi = Sedang.

D.  Penilaian Dampak Kerugian Secara Ekonomi

Hasil penilaian  faktor yang menentukan dampak kerugian secara ekonomi Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 12.


Tabel 12. Penilaian dampak kerugian secara ekonomi

No.
Uraian
Nilai resiko
Keterangan
A
Pengaruh OPTK terhadap kerusakan dan penurunan produksi
Tinggi (3)
-     Bakteri ini belum terlalu penting bagi tanaman pangan  .
-      Bakteri ini pernah menimbulkan kerugian yang cukup besar pada pertanian tanaman hias Anthurium $15,782 per ha, dan total kerugian   $2.74 million di Hawai.  (Cabi, 2007)
B
Pengaruh OPTK thd kehidupan dan kesehatan manusia
 Tidak beresiko
(0)

Belum ada bukti bakteri ini menyerang manusia
C
Pengaruh OPTK thd lingkungan (ekologi/ tanaman asli, pariwisata, dll.)
 Rendah
(1)
-       Belum ada bukti bahwa bakteri  ini menimbulkan kerusakan  lingkungan
D
Biaya untuk pengendalian atau eradikasi
Rendah
(1)
-         Pengendalian dengan eradikasi atau pestisida belum pernah dilakukan
E
Pengaruhnya thd perdagangan domestik dan internasional
Sedang
(2)
Mungkin akan berpengaruh negatif   terhadap  perdagangan domestik , karena
-           jika bakteri ini masuk ke Indonesia akan menghancurkan pertanaman Aglonema  di Indonesia dan akan mempengaruhi perdagangan domestik Aglonema  di Indonesia.
F
Kemungkinan muncul masalah sosial
sedang
(2)
Masalah sosial sangat mungkin terjadi, karena
-   Aglonema  adalah tanaman hias yang sefamili Araceae yang sebagaian masyarakat menanamnya untuk bahan makanan, buah ataupun sayuran.


Rata-rata:
9/6 = 1.5 (sedang)
(3+0+1+1+2+2)/6= 1,5


Dari hasil penilaian beberapa faktor penilaian dampak kerugian secara ekonomi dari Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae termasuk dalam kategori Sedang.


E.  Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)

Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk) dari cendawan Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae tercantum pada Tabel 13.

Tabel 13. Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)

Faktor yang dinilai
Nilai Risiko
kemungkinan masuk, menetap dan menyebar
sedang.
dampak kerugian ekonomi
Sedang
Overrall Risk
Sedang x Sedang = Sedang


Maka Nilai risiko keseluruhan (Overall Risk) dari cendawan Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae adalah Rendah

3.2.3 Dasheen mosaic virus

A.   Penilaian Kemungkinan Dasheen mosaic virus Masuk ke PRA Area

1.         Identitas OPTK
Virus Group: Virus
Family: Potyviridae
Genus: Potyvirus

Nama umum :  

English:
dasheen mosaic

Nama Ilmiah lain :

dasheen mosaic potyvirus






















                            (a)                                                         (b)
  
                   Gambar 4.  (a) Gejala tanaman terinfeksi Dasheen mosaic virus
                    pada  Perubahan warna daun  (Cabi,2007), (b) Partikel DMV
                   (South Pasific   Comision, 1979)



Distribusi geografis

Europa  : Belgium, Denmark, Italy, Netherland, UK,
Asia : China, Japan, India
Africa : Camroon, Nigeria, Egypt, South Africa,
Central America dan Caribbian :  Costarica, Cuba, Dominica, Jamaica, Martinique, Puertorico, Trinidad and Tobago
South America : USA
Oceania : Australia, Fiji, French Polynesia, Guam, Kiribati, Papua new guinea, Solomon Islands, New Zealand.


       Gejala:
Dasheen mosaic virus  pada daun dapat menyebabkan lesion, warna daun yang tidak normal, pola warna daun yang tidak normal, dan bentuk yang tidak normal, sedangkan pada pertumbuhan tanaman akan tumbuh menjadi kerdil.


Transmisi:

     Penyebaran jarak jauh dari virus ini terjadi terutama oleh pergerakan bahan propagasi dari tanaman yang terinfeksi. Dasheen mosaic virus  ditularkan oleh serangga Myzus persica secara non persisten ((Buddenhagen et al., 1970; Zettler et al., 1970; Kenten and Woods, 1973; Debrot and Ordosgoitti, 1974; Paludan and Begtrup, 1982; van der Meer, 1985 dalam Cabi, 2007), dan juga dilaporkan Rodrigues et al. (1984) dasheen mosaic potyvirus virus ditularkan ke tanaman  Philodendron selloum oleh spesies  aphid yaitu koloni  Alocasia sp. dan bukan  Myzus persicae. Selain itu Morales and Zettler (1977) dalam Cabi (2007) juga melaporkan bahwa belum dapat membuktikan bahwa dasheen mosaic potyvirus ditularkan oleh Pentalonia nigronervosa yang sering menjadi hama pada tumbuhan Araeceae.  Namun Dasheen mosaic potyvirus telah dilaporkan ditularkan oleh Aphis craccivora (Buddenhagen et al., 1970; Zettler et al., 1970). Jackson and Gollifer (1975) dalam Cabi (2007) mengatakan bahwa Aphis gossypii menjadi salah satu vector di Solomon Islands.

Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan masuk Dasheen mosaic virus  pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 14.

   Tabel 14. Penilaian faktor yang menentukan potensi masuk Dasheen mosaic virus   di PRA area

No.
Faktor yang dinilai
Nilai Risiko
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
a
Kemungkinan OPT/OPTK  terbawa oleh media pembawa

Tinggi
Dasheen mosaic virus  sangat mungkin terbawa oleh media pembawa, karena :
Media pembawa yang akan dimasukkan berupa bibit Aglonema  dalam bentuk bibit kultur jaringan sebanyak  50 batang dengan satu kali frekuensi pemasukan. Sedangkan Virus Dasheen mosaic virus  tida bersifat seedborne tetapi dapat terbawa oleh vegetative propagation (Zettler et al., 1970; Gollifer et al., 1977; Zettler and Hartman, 1987 dalam Cabi, 2007).
- Salah satu inang dari Dasheen mosaic virus  adalah Aglonema  (CABi, 2007).
-   Bagian tanaman yang diserang oleh Dasheen mosaic virus  adalah batang dan daun (CABI 2007)
-   Secara khusus, tidak ada perlakuan   yang direkomendasikan untuk  membebaskan bibit dari infeksi virus Dasheen mosaic virus  , sehingga kemungkinan besar OPT dapat terbawa bibit kultur jaringan yang di impor.
b
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan selama dalam perjalanan dan penyimpanan
Tinggi
Dasheen mosaic virus  sangat mungkin bertahan  selama dalam perjalanan dan di penyimpanan.
Karena :
-     Dasheen mosaic virus  merupakan parasit  obligat intraseluler.  Virus ini   pada bibit / tanaman yang terinfeksi  dipertahankan dalam sel yang  mampu bertahan selama jaringan inang masih  hidup.
-     Suhu selama perjalanan dapat disesuai dengan kebutuhan suhu bibit, sehingga bibit dapat terjaga dengan baik, sehingga virus pun tahan selama perjalanan hampir 6 jam.
-      
c
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan terhadap sistem pengendalian yang diaplikasikan
Tinggi
Virus Dasheen mosaic virus  sangat mungkin bertahan terhadap sistem pengendalian.
Karena
-   Secara khusus, tidak ada perlakuan   yang direkomendasikan untuk  membebaskan bibit dari infeksi virus Dasheen mosaic virus  , sehingga kemungkinan besar OPT dapat terbawa bibit yang di impor. (Cabi,, 2007)
-   Virus ini ditularkan oleh serangga vektornya. Sehingga eradikasi Dasheen mosaic virus  lebih ditekankan pada serangga vektornya yaitu dengan cara penyemprotan pestisida yang memerlukan biaya yang cukup mahal.
d.
Kemampuan melakukan deteksi di tempat pemasukan
Sedang
BBKP Soekarno- Hatta dan BBUSKP kemungkinan mampu melakukan deteksi  terhadap keberadaan virus ini. Karena :
-     Balai Besar ini mempunyai SDM dan sarana yang mencukupi untuk pengujian terhadap virus ini.
-     Dasheen mosaic virus  dapat diuji dengan menggunakan teknik ELISA (EPPO/CABI, 1997)
-     Pemasukan bibit kultur jaringan sebanyak 50 batang memberi peluang masuknya Dasheen mosaic virus  Karena  pemeriksaan sebatas pada sampel uji .

Nilai Kombinasi
sedang
Tinggi x tinggi x tinggi x  sedang


Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi masuk, didapat bahwa potensi masuk Dasheen mosaic virus  ke dalam wilayah Republik Indonesia termasuk dalam kategori sedang.
E.     Penilaian Kemungkinan OPT/OPTK Menetap Di  PRA Area

Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan menetap Dasheen mosaic virus  pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 15.


Tabel 15. Penilaian faktor yang menentukan potensi menetap Dasheen mosaic virus  di PRA area

No.
Faktor yang dinilai
Nilai
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
a
Ketersediaan tanaman inang (inang alternatif, inang perantara)
Tinggi
Keberadaan dan ketersediaan tanaman inang sangat memungkinkan  Dasheen mosaic virus  menetap di PRA area.
Karena :
-        Dasheen mosaic virus  memiliki kisaran inang yang luas termasuk sejumlah tanaman penting.

Inang utama :
Aglaonema , Alocasia , Amorphophallus , Anthurium , Araceae , Caladium , Colocasia , Colocasia esculenta (taro), Dieffenbachia (dumbcanes), Philodendron , Spathiphyllum , Xanthosoma (cocoyam), Zantedeschia (calla-lilies)

Inang alternatif :
-     Cyrtosperma merkusii (giant swamp taro)
-   
b.
Kesesuaian Lingkungan
Tinggi












Lingkungan abiotik sangat mendukung virus Dasheen mosaic virus  menetap di PRA area. :
-    Lingkungan yang ideal untuk Dasheen mosaic virus  adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya dan juga bagi vektornya. Aglonema  tumbuh optimal di wilyah tropis dari dataran rendah sampai dataran tinggi.  Lingkungan di Indonesia sangat sesuai untuk perkembangan virus ini, disamping itu ketersediaan tanaman inang selalu ada sepanjang tahun.

-    Aglonema  merupakan tanaman yang   
    tumbuh baik di daerah tropis yang  
    memiliki suhu dingin sampai hangat
   (22-30° C), lembab, dan cukup sinar
     matahari.
-               bibit di tanam untuk perbanyakan,      
     yang lokasinya diperkirakan di  
     wilayah yang cocok untuk ditanam     
     tanaman Aglonema . Sehingga   
     memungkinkan vector virus ini  
    berpindah ke tanaman lain.
-               Lingkungan yang mendukung   
     merupakan salah satu faktor bagi
     perkembangannya.  Virus dapat lebih
     berjangkit dan menimbulkan masalah 
     apabila tersedia vektornya.
-     Virus ini kemungkinan bisa menetap/berkembang dalam rumah kaca (green house).
c
Sistem budidaya tanaman dan  tindakan pengendalian OPT
Tinggi
Sistim budidaya tanaman dan tindakan pengendalian sangat memungkinkan Dasheen mosaic virus  ini menetap di PRA area.
Karena :
- Belum ada laporan pengendalian  yang  efektif. Untuk membebaskan tanaman dari Dasheen mosaic virus  
- Eradikasi Dasheen mosaic virus  lebih ditekankan pada serangga vektornya yaitu dengan cara penyemprotan dengan pestisida yang memerlukan biaya yang cukup mahal.
d
Strategi perbanyakan / replikasi dan metode bertahan
Tinggi
Strategi reproduksi dan metode bertahan yang dimiliki sangat memungkinkan virus ini menetap di PRA Area
-       Multiplikasi berlangsung sangat cepat dalam jaringan hidup inang.
e
Kemampuan adaptasi
Tinggi
Dasheen mosaic virus  sangat adaptif sehingga sangat mungkin dapat menetap di PRA area.
-Dasheen mosaic virus  memiliki kisaran inang yang luas termasuk sejumlah tanaman hias dan tanaman hortikultura. Sehingga kemungkinan menetap di PRA area tinggi.


Nilai kombinasi
Tinggi
Tinggi x Tinggi x Tinggi x Tinggi x Tinggi
Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi menetap, didapat bahwa potensi menetap Dasheen mosaic virus  ke dalam wilayah Republik Indonesia termasuk dalam kategori tinggi.

F.      Penilaian Kemungkinan  OPT/OPTK  Menyebar Di PRA Area
Hasil penilaian  faktor yang menentukan kemungkinan menyebar Dasheen mosaic virus  pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Penilaian faktor yang menentukan potensi menyebar Dasheen mosaic virus  di PRA area

No.
Faktor yang dinilai
Nilai
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
a
Kesesuaian lingkungan budidaya dan lingkungan alami yang mendukung penyebaran OPT secara alami.
Tinggi
Lingkungan budidaya dan lingkungan alami sangat mendukung penyebaran Dasheen mosaic virus  . 
-              Lingkungan yang ideal untuk Dasheen mosaic virus  adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya dan juga bagi vektornya. Aglonema  tumbuh optimal di dataran rendah ataupun dataran tinggi di daerah tropis disamping itu ketersediaan tanaman inang selalu ada sepanjang tahun.
-      
b
Ada atau tidak adanya penghambat alami (natural barrier)
Sedang
Penghambat alami tidak berfungsi dengan baik sehingga masih menungkinkan Dasheen mosaic virus  menyebar lebih lanjut.
-   Terdapat barier alami  berupa sungai dan laut yang menjadikan jarak antara suatu pulau ke pulau lain, namun lalu lintas manusia sangat tinggi yang dapat membantu penyebaran virus ini yang terbawa dengan media pembawa ke daerah lainnya.
-     Penyebaran virus melalui vector serangga Myzus persicae dan Aphis gossypii
c
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau alat angkut.
Tinggi
Dasheen mosaic virus  sangat mungkin disebarkan melalui komoditas yang diperdagangkan antar area/daerah dan/atau alat angkut.
-   Dasheen mosaic virus  dapat  ditularkan melalui vegetative propagation tanaman yang terinfeksi.  (Zettler et al., 1970; Gollifer et al., 1977; Zettler and Hartman, 1987 dalam Cabi, 2007).
.
d
Penggunaan media pembawa setelah dimasukkan.
Tinggi
-   bibit Aglonema  ini setelah dimasukkan akan ditanam untuk perbanyakan yang tentunya ditanam dilokasi yang cocok dengan pertumbuhan Aglonema  di Indonesia. Sehingga sangat mungkin menyebarkan Dasheen mosaic virus.
- Hampir seluruh wilayah RI sesuai untuk pertanaman Aglonema

e
Ketersediaan vektor di PRA area (hanya untuk virus, fitoplasma dan beberapa jenis nematoda)
Tinggi
Keberadaan dan penyebaran vektor mungkin  mendukung penyebaran Dasheen mosaic virus.
-     Beberapa serangga dari family Aphididae yaitu Myzus persicae dan Aphis gossypii  dapat mentransmisi Dasheen mosaic virus (Nelson, 2008) . Kedua serangga tersebut banyak ditemukan di wilayah RI

Nilai kombinasi
Tinggi
Tinggi x Sedang x Tinggi x Tinggi x Tinggi

Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko potensi menyebar, diketahui bahwa potensi menyebar Dasheen mosaic virus termasuk dalam kategori Tinggi.

Penilaian Risiko Keseluruhan Kemungkinan Masuk, Menetap dan Menyebar dari Arabis Mosaic Virus adalah  : Sedang x Tinggi x Tinggi = Sedang.

G.    Penilaian Dampak Kerugian Secara Ekonomi

Hasil penilaian  faktor yang menentukan dampak kerugian secara ekonomi Dasheen mosaic virus pada bibit Aglonema  di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Penilaian dampak kerugian secara ekonomi
No.
Faktor yang dinilai
Nilai risiko
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
a
Pengaruh OPTK terhadap kerusakan dan penurunan produksi
Tinggi (3)
-     Belum  ada laporan kerugian serangan Dasheen mosaic virus pada Aglonema .
-      Infeksi  Dasheen mosaic virus dilaporkan oleh Wisler et al. (1978) dalam Cabi (2007) terhadap Philodendron oxycardium merusak bentuk daun bisa mencapai 38.6, 31.6 and 65.6%. penurunan produksi tanaman hias 30 persen oleh dasheen mosaic potyvirus. Infeksi terhadap tanaman P. selloum bisa menurunkan produksi tanaman hias 80%. Virus ini mengakibatkan kekerdilan, daun menguning, dan mosaik.
-      Akibat  terganggunya perkembangan tanaman menyebabkan  bentuk yang abnormal pada Aglonema   hal ini dapat mengurangi nilai jual Aglonema  di pasaran.


b
Pengaruh OPTK thd kehidupan dan kesehatan manusia
Tidak beresiko
(0)
Tidak ada bukti virus ini menular pada manusia
c
Pengaruh OPTK thd lingkungan (ekologi/ tanaman asli, pariwisata, dll.)
Rendah
(1)
Tidak ada bukti serangan virus menyebabkan pengaruh terhadap

d
Biaya untuk pengendalian atau eradikasi
Rendah
(1)
-    Pengendalian dengan pestisida jarang dilakukan
e
Pengaruhnya thd perdagangan domestik dan internasional
Sedang
(2)
Mungkin akan berpengaruh negatif   terhadap  perdagangan domestik , karena
-           jika virus ini masuk ke Indonesia akan menghancurkan pertanaman Aglonema  di Indonesia dan akan mempengaruhi perdagangan domestik Aglonema  di Indonesia.
f
Kemungkinan muncul masalah sosial
sedang
(2)
Masalah sosial sangat mungkin terjadi, karena
-   Aglonema  adalah tanaman hias yang sefamili dengan tanaman  hortikultura yang sebagaian masyarakat menanamnya.  

Rata-rata:
9/6 = 1.5 (sedang)
(3+0+1+1+2+2)/6= 1,5


Kesimpulan hasil penilaian dampak kerugian secara ekonomi akibat introduksi Dasheen mosaic virus termasuk dalam kategori sedang.
H.    Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)

Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk) dari Dasheen mosaic virus tercantum pada Tabel 18.

Tabel 18. Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)

Faktor yang dinilai
Nilai Risiko
Kemungkinan masuk, menetap dan menyebar
sedang.
Dampak kerugian ekonomi
Sedang
Overrall Risk
Sedang x Sedang= Sedang
Maka Nilai risiko keseluruhan (Overall Risk) adalah rendah
3.3  Kesimpulan Penilaian Risiko

Penilaian risiko pemasukan bibit Aglonema  dari Australia  menyimpulkan bahwa :
-       Jenis-jenis OPTK yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pengelolaan risiko terhadap pemasukan bibit Aglonema  dari Australia  adalah Bakteri Erwinia chrysanthemi, Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae  dan virus Dasheen mosaic virus.

-       Penilaian Risiko terhadap Bakteri Erwinia chrysanthemi:
Hasil penilaian kemungkinan masuk : sedang
Hasil penilaian kemungkinan menetap : tinggi
Hasil penilaian kemungkinan menyebar : Tinggi
Hasil penilaian kemungkinan kerugian ekonomi  : Sedang
-       Penilaian Risiko terhadap Bakteri Xanthomonas xonopodis pv.  
    dieffenbachiae  :
Hasil penilaian kemungkinan masuk : sedang
Hasil penilaian kemungkinan menetap : tinggi
Hasil penilaian kemungkinan menyebar : Tinggi
Hasil penilaian kemungkinan kerugian ekonomi  : Sedang
-       Penilaian Risiko terhadap  Virus Dasheen mosaic virus
Hasil penilaian kemungkinan masuk : sedang
Hasil penilaian kemungkinan menetap : tinggi
Hasil penilaian kemungkinan menyebar : Tinggi
Hasil penilaian kemungkinan kerugian ekonomi  : Sedang
-       Risiko keseluruhan (overall risk) yang disebabkan adanya importasi bibit Aglonema  dari Australia terhadap bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic virus adalah sedang sehingga pengelolaan resiko.yang harus dilakukan adalah kategori Sedang.







IV.   PENGELOLAAN RISIKO

         4.1  Persyaratan Karantina Tumbuhan dan Kewajiban Tambahan
       Pengelolaan Risiko bertujuan untuk mencegah OPT/OPTK terbawa bibit Aglonema  yang diimpor dari Australia masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam upaya pencegahan masuknya OPT/OPTK yang kemungkinan terbawa melalui bibit Aglonema, maka diperlukan sistem dan prosedur pengelolaan risiko untuk meminimalkan risiko apabila OPT/OPTK terbawa masuk melalui importasi media pembawa OPTK ke dalam wilayah negara Republik Indonesia dan mengurangi dampak yang  akan diakibatkannya. 
Import bibit Aglonema  dari Australia memiliki risiko yang sedang, karena berpotensi membawa OPT Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic virus  sehingga pengelolaan risiko yang harus dipenuhi adalah pengelolaan resiko tingkat sedang, yaitu sebagai berikut : 
A.    Persyaratan Karantina Tumbuhan
1.          Dimasukkan di tempat pemasukan yang telah ditetapkan yaitu di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta
2.          Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina di tempat pemasukkan (Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta) untuk keperluan tindakan karantina

3.          Harus disertai dengan Phytosanitary certificate (PC) yang menyatakan bahwa bibit bebas dari OPTK  Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic virus  
B.     Kewajiban Tambahan (Australia)
1.        Berasal dari produsen yang sudah diregistrasi oleh instansi berwenang di Australia.
2.        Bibit berasal dari tanaman yang bebas virus Dasheen mosaic virus   
3.        Bibit harus dikemas menggunakan wadah yang dijamin tidak rusak pada saat pengiriman
4.        bibit harus bebas dari tanah, bibit gulma atau tanaman lain, kompos dan kotoran lainnya
5.        bibit harus dikemas sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi infestasi OPT.
C.     Kewajiban Tambahan (Indonesia)
Harus dilengkapi dengan surat izin pemasukkan (SIP) dari  Menteri Pertanian Negara Republik Indonesia
         4.2  Kesimpulan Pengelolaan Risiko
   Pengelolaan risiko bertujuan untuk meminimalkan risiko apabila OPT/OPTK terbawa masuk melalui importasi bibit Aglonema  ke dalam wilayah negara Republik Indonesia dan mengurangi dampak yang  akan diakibatkannya.  Import bibit Aglonema  sejumlah 50 batang dari Australia berpotensi membawa OPT Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic virus dengan risiko sedang, sehingga  pengelolaan risiko yang harus dipenuhi adalah pengelolaan resiko sedang.


V. KESIMPULAN

  1. Hasil Inisiasi  terhadap bibit Aglonema  dari Australia  menunjukan terdapat 3 OPT yang berpotensi terbawa oleh bibit Aglonema  yaitu Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic virus  
2             .     yang selanjutnya akan dilanjutkan ke tahap penilaian risiko.
3             .    Jenis-jenis OPTK yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pengelolaan risiko terhadap   
                  pemasukan  bibit Aglonema  dari Australia  adalah Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri      
                   Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic virus  .
2.    Hasil Penilaian Risiko keseluruhan (overall risk) terhadap Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic virus  adalah sedang.
3.    Pengelolaan risiko importasi bibit Aglonema  ke dalam wilayah negara Republik Indonesia sejumlah 50 batang dari Australia adalah pengelolaan resiko sedang.
 

VI.   REKOMENDASI

A.       Persyaratan Karantina Tumbuhan
1.      Dimasukkan di tempat pemasukan yang telah ditetapkan yaitu Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta
2.      Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina di tempat pemasukkan (Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta) untuk keperluan tindakan karantina
3.      Harus disertai dengan Phytosanitary certificate (PC) yang menyatakan bahwa bibit bebas dari OPT/OPTK target.
B.     Kewajiban Tambahan (Australia)
1.    Diberi perlakuan
2.     Bibit harus dikemas menggunakan wadah yang dijamin tidak rusak pada saat pengiriman.
3.    Bibit harus bebas dari tanah, bibit gulma atau tanaman lain, kompos dan kotoran lainnya.
4.    Bibit harus dikemas sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi reinfestasi OPT.
C.  Kewajiban Tambahan (Indonesia)
Harus dilengkapi dengan surat izin pemasukkan (SIP) dari  Menteri Pertanian Negara Republik Indonesia






DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.  1979. Dasheen Mosaic Virus. South Pasific Comision.Advisory leflet 10.
Anonymous.  2011.  Lampiran  Permentan 93/2011tentang Jenis-jenis OPTK Golongan I dan Golongan II Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya (OPTK A1)

Anonymous,2014;  Pedoman Analisa Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan Revisi 2014, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian
Anonymous, 2015;  Pest Risk Analysis for Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pathogenic to Anthurium , NVWA (Netherlands Food and Consumer  Product Safety Authority Ministry of Economic affairs)
    Anonymous, 2015.  Mengenal Jenis Tanaman Hias Aglonema.                                                

[CABI] Centre in Agricultural and Biological Institute.  2007.  Crop Protection Compendium  [cd-rom].  London: CABI Publish.

    John Smith Drive , 2007. Erwinia chrysanthemi (Dickeya spp.)
            What it is, and what you can do. British Potato Council, 4300 Nash Court, , Oxford Business Park South, Oxford, OX4 2RT.

Nelson, Scot C. 2008. Dasheen Mosaic of Edible and Ornamental Aroids. College of Tropical Agriculture and Human Resource. University of Hawai at Manoa. Plant deases. PD.44_Aug

Soustrade, at all 2005, Spesific Detection of Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae in Anthurium (Anthurium adreanum) Tissues by Nested PCR. Applied and Enviromental Microbiology p. 1072-1078.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PEMBUATAN KOLEKSI Penyakit Darah Pisang (Ralstonia solanacearum)

Oleh: Agus Setiono, SP POPT Ahli Pertama BKP Kelas 1 Palembang (Tahun2017) P E N D A H U L U A N A. Latar...