ANALISIS RISIKO ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN BIBIT
TANAMAN HIAS AGLAONEMA (Aglaonema spp.) DARI
AUSTRALIA
(Draft)
Oleh:Agus Setiono, SP
BADAN KARANTINA PERTANIAN
BALAI KARANTINA
PERTANIAN KELAS I PALEMBANG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar Belakang
Aglaonema berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari kata aglaos yang berarti terang dan nema yang berarti benang
(benang sari). Dengan demikian aglaonema dapat di artikan sebagai pembawa
energi ‘terang’. Selain nama aglaonema, tanaman hias daun ini juga mempunyai
nama lain seperti Chinese Evergreen. Di Indonesia, aglaonema
dikenal juga dengan nama sri rejeki. Ada pun di China, aglaonema disebut wan
nien ching. Daya tarik aglaonema terletak pada pada warna dan bentuk daun yang
unik. Sifat tanaman aglaonema beragam berdasarkan jenisnya. Ada aglaonema yang
dapat terkena sinar matahari dan ada juga yang harus ternaungi. Sebagian
aglaonema dapat hidup di tempat lembab, dan sebagian lagi di tempat sedikit kering.
Australia salah satu negara yang
terus mengembangkan tanaman daun ini. Dari hasil pengembangan tersebut,
sekarang telah banyak varietas aglaonema yang dihasilkan oleh negara tersebut.
Warna daun aglaonema pun lebih bervariasi dan warna-warni, dari hijau, putih,
hingga merah dan kuning.
Gambar1. Tanaman Aglonema
Tanaman aglonema merupakan salah
satu jenis tanaman hias daun karena keindahan tanaman ini terletak pada bentuk,
corak, dan warna daunnya. Tanaman ini berasal dari negara Asia, seperti Cina bagian
selatan, Indonesia, Malaysia,Birma, Thailand, dan Philipina. Di habitat
aslinya, tanaman ini hidup di hutan dengan pencahayaan yang terbatas.
Sebagai tanaman hias daun, aglaonema
diminati oleh banyak orang. Karena memiliki corak warna daun yang beragam.
Warna-warna yang memancarkan pesona yang
memikat. Perkembangan aglaonema saai ini pesat sekali. Silangan baru
bermunculan, baik dari dalam maupun luar negeri. Tanaman hias yang cantik,
molek ini mudah dirawat dan termasuk tanaman yang tahan terhadap pengaruh
lingkungan dan OPT. Tahan lama didalam ruangan sehingga cocok untuk tanaman
hias dalam ruangan. (Anonim,
2015)
Dalam klasifikasi
penamaan ilmiah, aglaonema masih satu famili dengan tanaman anthurium,
philodendron, difenbachia (blanceng), yaitu famili Araceae. Famili tersebut
mempunyai anggota dengan ukuran daun yang relatif besar. Adapun secara lengkap
sistematika aglaonema sebagai berikut.
Filum : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
sub-divisi : Angiospermae
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo : Araceales
Famili : Araceae
Genus : Aglaonema
Spesies : Aglaonema modestum, A.brevispathum,
A.cochinchinense,
A. pumilum, A. hospitum, A.
simplex, A.
commutatum, A. costatum,
Ada 3 metode utama pengembang
biakkan tanaman hias ini. Pertama, cara generatif. Yaitu perbanyakan dengan
biji. Cara ini
agak rumit, karena harus tahu teknik peyerbukan pada tanaman ini. Penyerbukan
atau perkawinan pada aglaonema tidak bisa secara alami. Karena bunga jantan dan
betina jadi satu dan terbungkus oleh seludang. Kedua, cara vegetatif. Perbanyakan tanaman dengan cara ini
mudah dilakukan. Tidak diperlukan pengetahuan teknis khusus. Dapat menghasilkan
tanaman hias dalam jumlah banyak dengan sifat yang mirip iiduknya. Ketiga, cara
kultur jaringan. Cara ini adalah cara yang dapat menghasilkan jumlah anakan
secara masal dan cocok untuk usaha agribisni.
Tanaman Aglonema yang diperbanyak dengan Kultur jaringan dilakukan
oleh para pengusaha agribisnis dengan tujuan mendapatkan bibit dalam jumlah
masal untuk diperjualbelikan. Kultur jaringan menggunakan
berbagai bagian tanaman aglonema. Tanaman
Aglonema memiliki ciri khas dari berbagai tempat aslinya, salah satunya usaha
memasukan tanaman Aglonema yang berasal dari negara Australia. Pemasukan tanaman Aglonema dari Australia untuk
tujuan perbanyakan meningkatkan peluang masuk dan tersebarnya Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari Australia ke Indonesia yang bisa terbawa melalui bibit Aglonema . Untuk mengantisipasi masuknya OPTK
melalui bibit Aglonema tersebut maka
perlu dilakukan Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) terhadap pemasukan bibit
tanaman Aglonema dari Australia. Metode
yang digunakan berdasarkan
pedoman penyusunan AROPT sesuai dengan ISPM No. 2 dan No. 11
Penyusunan AROPT
berdasarkan Media Pembawa merupakan kegiatan Badan Karantina Pertanian untuk
dapat menetapkan pengelolaan terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
yang memenuhi syarat sebagai OPTK.
Laporan ini merupakan wujud pertanggungjawaban Surat Penunjukan Kepala Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Pangan Hayati No. 7690./KR.020/L.3/8/2015, tanggal 31
Agustus 2015 tentang penunjukan melakukan
AROPT, dan tugas dari Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang
(terlampir Lembar Konfirmasi). Diharapkan,
laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
penetapan kebijakan yang akan diambil.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya
analisis risiko organisme pengganggu tumbuhan (AROPT) terhadap pemasukan bibit tanaman Aglonema dari Australia adalah untuk :
1.
Mengidentifikasi OPT yang
terbawa bibit Aglonema dari Australia
yang belum terdapat di Indonesia.
2.
Melakukan penilaian untuk
menentukan status suatu OPT yang memenuhi syarat sebagai OPTK yang dimungkinkan
terbawa bibit Aglonema dari Australia.
3.
Menentukan pengelolaan risiko
dan membuat rekomendasi persyaratan pemasukan bibit Aglonema dari
Australia ke
dalam wilayah negara Republik Indonesia.
1.3
Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3478);
b. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992
tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010
tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 14
tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan
e. Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1977 juncto Keputusan
Presiden Nomor 45 Tahun 1990 tentang Pengesahan International Plant Protection
Convention 1951;
f. Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun1992 tentang Pengesahan
Plant Protection Agreement for the South East Asia And Pacific Region;
g. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
52/Permentan/OT.140/10/ 2006, tentang Persyaratan Tambahan
Karantina Tumbuhan;
h. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
09/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Tindakan Karantina
Tumbuhan Terhadap Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 No 35);
i. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
11/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Tindakan Karantina
Tumbuhan Terhadap Pengeluaran dan Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina dari Suatu Area ke Area Lain di dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia;
j. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/2/ 2009 tentang Persyaratan dan Tatacara
Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Kemasan Kayu ke dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia
k. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
56/Permentan/OT.140/9/ 2010 tentang Pelaksanaan Tindakan
Karantina di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
l. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/ 2011 tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
m. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/OT.140/12/ 2011 tentang Tempat-Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
n. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
05/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Bibit Hortikultura
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 199);
o. ISPM Nomor 2 tahun 2007 Framework for Pest
Risk Analysis
p. ISPM Nomor 11 tahun 2004 tentang Pest Risk
Analysis for Quarantine Pests, Including Analysis of Enviromental Risk and
Living Modified Organisms)
q. Pedoman AROPT Berdasarkan
Komoditas Revisi IV
tahun 2014.
1.4
Pengertian Umum
a.
Area bebas OPT adalah suatu area yang tidak terjangkit
OPT tertentu yang didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang layak dan dalam
pengendalian secara resmi oleh pemerintah.
b.
Komoditas adalah jenis tumbuhan, hasil tumbuhan, atau
bahan lain yang dipindahkan/diangkut dari suatu tempat ke tempat lain untuk
perdagangan atau tujuan lain.
c.
Media pembawa adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya
dan/atau benda lain yang dapat membawa organisme pengganggu tumbuhan karantina.
d.
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) adalah suatu
organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, menyebabkan kematian tumbuhan.
e.
Organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) adalah
semua OPT yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan
tersebarnya di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
f.
Penilaian risiko OPT adalah penilaian terhadap peluang
masuk dan menyebarnya OPT serta dampak yang ditimbulkan secara ekonomi.
g.
Pengelolaan risiko OPT adalah penentuan pilihan
pengelolaan risiko OPT untuk menghilangkan atau mengurangi peluang masuk,
menetap dan menyebarnya suatu OPT ke suatu area baru.
h.
Sertifikat Kesehatan Tumbuhan adalah surat keterangan
yang dibuat oleh pejabat yang berwenang di negara atau area
asal/pengirim/transit yang menyatakan bahwa tumbuhan atau bagian-bagian
tumbuhan yang tercantum di dalamnya, bebas dari OPT, OPTK golongan I, OPTK
golongan II, dan/atau organisme pengganggu tumbuhan penting (OPTP), serta telah
memenuhi persyaratan karantina tumbuhan yang ditetapkan dan/atau menyatakan
keterangan lain yang diperlukan.
i.
Tindakan karantina tumbuhan di negara asal adalah
tindakan sertifikasi yang dilaksanakan di negara asal di bawah
pengawasan/supervisi petugas NPPO negara tujuan.
II. INISIASI
2.1 Alasan Dasar Inisiasi
Inisiasi
merupakan tahap awal dalam rangkaian proses AROPT. Tujuan melakukan inisiasi adalah untuk mengetahui
(mengindentifikasi) jenis dan bentuk media pembawa yang akan diimpor dan
OPT/OPTK yang menjadi perhatian karantina.
Media
pembawa yang akan diimpor adalah bibit tanaman Aglonema dari Australia dalam bentuk bibit.
Data bibit Aglonema yang akan dimasukkan ke Indonesia adalah sbb
:
a.
Nama
media pembawa : Aglonema
b.
Nama Ilmiah : Aglaonema spp
c.
Nama Umum : Aglonema
Filum : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
sub-divisi : Angiospermae
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo : Araceales
Famili : Araceae
Genus : Aglaonema
Spesies : Aglaonema spp
e.
Bentuk
bibit : Kultur Jaringan dan
Bare Root
f.
Varietas/klon/Hibrida
: Aglaonema BJ Freeman, Aglaonema Marie, Aglaonema Snow vinrite, Aglaonema Hot Lan, Aglaonema Vitura
g.
Banyak
bibit : 50 Batang
h.
Negara
tempat asal bibit diproduksi : Australia
i.
Tujuan
pemasukan : untuk Perbanyakan tanaman
dengan sistem Kultur Jaringan secara komersial untuk diekspor kembali
j.
Tempat
pemasukan : Bandara Soekarno-Hatta
2.2
Penetapan PRA Area
Pemasukan bibit Aglonema dari Australia ke Indonesia, berpotensi
membawa OPT/OPTK yang dapat membahayakan pertanian yang tersebar di seluruh
wilayah kepulauan Republik Indonesia. Rencana pemasukan bibit Aglonema melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta,
Jakarta dan akan ditanam di Indonesia dengan tujuan untuk Perbanyakan
tanaman dengan sistem Kultur Jaringan secara komersial untuk diekspor kembali, sehingga Pest Risk
Analysis (PRA) Area yang ditetapkan adalah wilayah Negara Republik Indonesia sebagai
tempat perbanyakan bibit Aglonema .
2.3 Pembuatan Daftar OPT dan Penentuan
Kemungkinan OPT Terbawa Media Pembawa
Dari
hasil penelusuran dengan CABI (2007) diperoleh OPT pada bibit Aglonema yang ada di
Australia sebanyak 15 OPT, sedangkan OPT pada bibit Aglonema yang ada di Indonesia sebanyak 13 OPT. Persandingan
data OPT Aglonema yang ada di Australia
dan yang ada di Indonesia disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1
: Daftar OPT yang
menyerang bibit Aglonema yang ada
di Australia dan di Indonesia.
AUSTRALIA
|
INDONESIA
|
|
INSECTS
|
INSECTS
|
|
Aphis craccivora
|
Aphis craccivora
|
|
Aphis gossypii
|
Aphis gossypii
|
|
*Bemisia tabaci
|
Myzus persicae
|
|
Myzus persicae
|
Ceroplastes rubens
|
|
Ceroplastes rubens
|
*Pseudococcus jackbeardsleyi
|
|
|
|
|
NEMATODES
|
NEMATODES
|
|
Pratylenchus coffeae
|
Pratylenchus coffeae
|
|
|
|
|
FUNGI/OOMYCETES
|
FUNGI/OOMYCETES
|
|
Ceratocystis paradoxa
|
Ceratocystis paradoxa
|
|
Corticium
rolfsii
|
Corticium
rolfsii
|
|
Glomerella cingulata
|
Glomerella cingulata
|
|
Pythium myriotylum
|
Pythium myriotylum
|
|
|
*Phytophthora colocasiae
|
|
|
|
|
BACTERIA
|
BACTERIA
|
|
Erwinia carotovora subsp.
carotovora
|
Erwinia
carotovora subsp. carotovora
|
|
*Erwinia
chrysanthemi
|
|
|
*Xanthomonas
axonopodis pv. Dieffenbachiae
|
|
|
|
|
|
VIRUSES
|
VIRUSES
|
|
Cucumber mosaic
virus
|
Cucumber
mosaic virus
|
|
*Dasheen mosaic
virus
|
|
|
|
|
2.4 Penyajian Data OPT
Hasil dari data sanding dan penelusuran
dengan CABI (2007) dan Peraturan Menteri Pertanian No.93 Tahun 2011 didapat
OPT yang berpotensi terbawa bibit Aglonema
yang ada di Australia dan tidak ada di Indonesia tercantum pada Tabel
2.
Tabel 2. Jenis-jenis OPT hasil
inisiasi
OPT PADA bibit Aglonema
YANG ADA DI AUSTRALIA TIDAK ADA DI INDONESIA
|
||
OPT/OPTK
|
Potensi Terbawa Bibit Aglonema
|
Proses Lanjut
|
INSECTS
|
|
|
Bemisia tabaci
|
Tidak
|
Tidak
|
|
|
|
BACTERIA
|
|
|
Erwinia
chrysanthemi
|
Ya
|
Ya
|
Xanthomonas
axonopodis pv. Dieffenbachiae
|
Ya
|
Ya
|
VIRUSES
|
|
|
Dasheen mosaic virus
|
Ya
|
Ya
|
|
|
|
2.5 Kesimpulan Inisiasi
Terdapat 2 OPT yang berpotensi berasosiasi dengan bibit Tanaman Aglonema dari Australia yang
belum ada terdaftar di Indonesia, terdiri dari 2 spesies Bakteri, dan 1 jenis virus, yaitu :
Satu (2) spesies Bakteri :
1.
Erwinia chrysanthemi
2. Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
Satu (1) jenis virus :
1. Dasheen mosaic virus
OPT/OPTK
diatas akan dilanjutkan
ke tahap penilaian risiko.
III.
PENILAIAN RISIKO
3.1
Kategorisasi OPT
Kategorisasi
OPT dimaksudkan untuk mengetahui apakah OPT yang tercantum pada Tabel 2.
memiliki potensi sebagai OPTK sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh suatu
negara.
Tabel 3. Kategorisasi OPT
pada pemasukan bibit tanaman Aglonema
dari Australia.
Nama Ilmiah
|
Status
|
Dasar penetapan status
|
Erwinia chrysanthemi
|
OPTK A1
|
Cabi/EPPO
|
Xanthomonas axonopodis pv.
Dieffenbachiae
|
OPTK A1
|
· Permentan 93/2011
|
Dasheen Mosaic Virus
|
OPTK A1
|
Cabi/EPPO
|
Penilaian risiko dilakukan
terhadap 2 jenis OPTK, yang terdiri dari :
1. Erwinia chrysanthemi
2. Xanthomonas axonopodis pv. Dieffenbachiae
3. Dasheen Mosaic Virus
3.2
Penilaian Risiko
3.2.1 Erwinia chrysanthemi
A Penilaian Kemungkinan Erwinia
chrysanthemi (Burkh.) Young et al. 1978 Masuk ke PRA Area
Identitas OPTK
Domain: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gammaproteobacteria
Order: Enterobacteriales
Family: Enterobacteriaceae
Nama umum :
English:
bacterial
wilt of dahlia
bacterial
wilt of chrysanthemum
bacterial
soft rot of tobacco
bacterial
wilt of ornamentals
blackleg of
potato
wet rot of
the pseudostem of plantain
bacterial
head rot of banana
fruit
collapse of pineapple
Nama Ilmiah lain :
Erwinia carotovora f.sp. parthenii
Starr
Erwinia carotovora f.sp. zeae
Sabet
Erwinia maydis Starr
Pectobacterium carotovorum f. sp. chrysanthemi
(Burkh.) Dowson
Pectobacterium parthenii-dianthicola Hellmers
Pectobacterium carotovorum var. graminarum
Dowson & Hayward
Pectobacterium carotovorum var. chrysanthemi
(Burkh.) Graham & Dowson
Erwinia dieffenbachiae MacFadden
Erwinia carotovora var. chrysanthemi
(Burkh.) Dye
Erwinia paradisiaca Fernandez-Borrero & Lopez-Duque
Pectobacterium chrysanthemi (Burkh.) Brenner et al.
Pectobacterium chrysanthemi pv. zeae (Sabet) Brenner et al.
(a)
(b)
Gambar2. (a) Gejala tanaman
Aglonema terinfeksi Erwinia
chrysanthemi
pada akarnya (Cabi,2007), (b)
Gejala tanaman
Kentang
terinfeksi Erwinia chrysanthemi pada
akarnya
Distribusi
geografis
Europa : Austria, Belarus, Belgium,
Bulgaria, Croatia, Czech, Denmark, Finland, France, Germany, Hungary, Ireland,
Italy, Latvia, Lithuania, Luxenbourg, Moldava, Netherland, Noeway, Poland,
Romania, Russian Federation, Slovakia, Slovenia, Sweden, Switzerland, Ukraine,
UK, Yugoslavia, Spain.
Asia : Bangladesh, China, Japan, Iran, Israel, Korea, Malaysia, Nepal,
Saudi Arabia, Sri Lanka, Syria.
Africa : Algeria, Comoros, Congo, Egypt, Kenya, Mariutinius, Moroco,
Sinegal, South Africa, Sudan, Zimbabwe
America : Canada, USA
Oceania : Australia, Caroline Islands,
New Zealand.
Gejala:
Serangan E. chrysanthemi dapat menyebabkan kerusakan organ tanaman seperti akar, batang, daun, dan organ penyimpana. Kerusakan yang ditimbulkan tergantung pada jenis tanaman dan kondisi lingkungan. Gejala yang dihasilkan bervariasi
dari busuk lunak sampai layu.
Gejala Penyakit yang disebabkan oleh E. chrysanthemi biasanya terjadi dalam bentuk yang parah pada organ tanaman
sukulen atau bagian yang tidak ada jaringan yang
keras pada kondisi
suhu tinggi, suasana
lembab dan tingkat kandungan nitrogen yang
tinggi. Gejala yang parah terjadi pada suhu di atas, 28 ° C. Namun, penyakit ini mungkin menimbulkan ringan, atau tanaman
tetap tanpa gejala, pada suhu di bawah 20 °
C.
|
|
Transmisi:
Patogen dapat diisolasi dari air di
India (Saxena dan Lal, 1987 dalam Cabi 2007) dan hal itu ditemukan di wilayah Australia (New South Wales) sebagai
komponen alami dari mikroflora air yang dapat menginfeksi kentang melalui air
irigasi (Cother dan Gilbert, 1990; Cother et al., 1992 dalam Cabi 2007). Jika
tidak dari aliran air, bahan tanam umumnya bisa menularkan patogen. Stek beberapa
tanaman Musa sp., Anyelir, dahlia,
dieffenbachia, krisan, dan umbi-umbian dari dahlia dan kentang, dapat
menularkan penyakit karena infeksi internal dalam saluran pembuluh. Namun, E. chrysanthemi bukan seedborne pada jagung, baik eksternal atau
internal (Prasad dan Sinha, 1978 dalam Cabi 2007). Penyebaran patogen antara
tanaman juga dapat terjadi oleh hama serangga dan air yang terkontaminasi.
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan masuk E.
chrysanthemi pada bibit
Aglonema di Negara Indonesia disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian faktor yang menentukan
potensi masuk Erwinia
chrysanthemi di PRA
area
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai Risiko
|
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
|
a
|
Kemungkinan
OPT/OPTK terbawa oleh media pembawa
|
Tinggi
|
Erwinia
chrysanthemi sangat mungkin terbawa oleh media
pembawa, karena :
- Media pembawa yang akan
dimasukkan berupa bibit Aglonema dalam
bentuk kultur jariangan dan bare root sebanyak 50 batang dengan satu kali frekuensi
pemasukan. Sedangkan Erwinia
chrysanthemi bisa bertahan pada bagian vegetative tanaman
inangnya (John Smith Drive,
2007).
- Salah satu inang dari Erwinia chrysanthemi adalah Aglonema
CABi, 2007).
- Bagian tanaman yang diserang oleh Erwinia
chrysanthemi adalah jaringan pembuluh yang hampir berada disemua bagian
vegetative tanaman (CABI 2007)
- Belum ada laporan kerugian Erwinia chrysanthemi pada Aglonema di
Australia namun di israel dan Inggris pernah
dilaporkan benih kentang mengalami layu sebanyak 2-30 % (John Smith Drive, 2007). Secara khusus, tidak ada perlakuan yang direkomendasikan untuk membebaskan bibit dari infeksi Bakteri Erwinia chrysanthemi pada Aglonema, sehingga kemungkinan besar OPT dapat
terbawa bibit yang di impor.
|
b
|
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan selama dalam
perjalanan dan penyimpanan
|
Tinggi
|
Erwinia
chrysanthemi sangat mungkin bertahan selama dalam perjalanan dan di penyimpanan.
Karena :
- Erwinia chrysanthemi merupakan parasit obligat. Bakteri ini pada bibit / tanaman yang terinfeksi dipertahankan dalam sel terutama di
pembuluh jaringan dan bakteri mampu
bertahan selama jaringan inang masih
hidup.
- Suhu selama perjalanan dapat disesuai dengan
kebutuhan suhu bibit, sehingga bibit dapat terjaga dengan baik, sehingga
bakteri pun tahan selama perjalanan hampir 6 jam.
|
c
|
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan terhadap sistem
pengendalian yang diaplikasikan
|
Tinggi
|
Bakteri Erwinia
chrysanthemi sangat mungkin bertahan terhadap sistem pengendalian.
Karena
- Secara khusus, tidak ada perlakuan yang direkomendasikan untuk membebaskan bibit dari Bakteri Erwinia chrysanthemi, sehingga kemungkinan besar OPT dapat terbawa bibit yang
di impor. (Cabi,, 2007)
- Bakteri Erwinia chrysanthemi ni ditularkan dari bagian vegetative yang terserang atau
dari air yang terkontaminasi. Sehingga eradikasi Bakteri Erwinia
chrysanthemi lebih
ditekankan pada seluruh bagian tanaman yang terserang ataupun irigasi yang
tercemar sehingga memerlukan biaya yang cukup mahal.
|
d.
|
Kemampuan melakukan deteksi di tempat pemasukan
|
Sedang
|
BBKP Soekarno- Hatta dan BBUSKP kemungkinan mampu
melakukan deteksi terhadap keberadaan
virus ini. Karena :
- Balai Besar ini mempunyai SDM dan sarana yang
mencukupi untuk pengujian terhadap bakteri ini.
- Bakteri Erwinia chrysanthemi dapat diuji dengan menggunakan teknik ELISA atau PCR
- Pemasukan bibit sebanyak 50 batang kultur
jaringan memberi peluang masuknya Bakteri Erwinia
chrysanthemi Karena pemeriksaan sebatas pada sampel uji .
|
|
Nilai Kombinasi
|
sedang
|
Tinggi x tinggi x
tinggi x sedang
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor
resiko potensi masuk, didapat bahwa potensi masuk Bakteri Erwinia
chrysanthemi ke dalam wilayah Republik
Indonesia termasuk dalam kategori sedang.
A.
Penilaian Kemungkinan OPT/OPTK Menetap
Di PRA Area
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan menetap Bakteri Erwinia chrysanthemi
pada bibit Aglonema di Negara Indonesia
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Penilaian faktor
yang menentukan potensi menetap Bakteri Erwinia chrysanthemi di PRA area
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai
|
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
|
a
|
Ketersediaan tanaman inang
(inang alternatif, inang perantara)
|
Tinggi
|
Keberadaan dan ketersediaan tanaman inang sangat
memungkinkan Bakteri Erwinia
chrysanthemi menetap di
PRA area.
Karena :
-
Bakteri Erwinia
chrysanthemi memiliki
kisaran inang yang luas termasuk sejumlah tanaman penting.
Inang utama :
Aglaonema , Allium (onions, garlic, leek,
etc.), Ananas comosus (pineapple), Araceae , Begonia , Brachiaria
(signalgrass), Brassica oleracea (cabbages, cauliflowers), Chrysanthemum
maximum hybrids , Chrysanthemum vestitum , Dianthus (carnation), Dieffenbachia
(dumbcanes), Dracaena marginata (Madagascar dragon tree), Elettaria
cardamomum (cardamom), Pelargonium zonale hybrids , Philodendron
Inang alternatif :
- Aechmea fasciata , Aglaonema commutatum ,
Allium cepa (onion), Allium fistulosum (Welsh onion), Allium sativum
(garlic), Anemone (windflower), Apium graveolens (celery), Brassica oleracea
var. capitata (cabbage), Canna , Capsicum annuum (bell pepper), Celosia
argentea (celosia), Cichorium endivia (endives), Cichorium intybus (chicory),
Colocasia esculenta (taro), Consolida ambigua (rocket larkspur), Cucumis melo
(melon), Cyclamen , Cynara cardunculus L. var. scolymus (globe artichoke),
Dahlia pinnata (garden dahlia), Daucus carota (carrot), Dianthus barbatus
(sweet williams), Dianthus caryophyllus (carnation), Dieffenbachia maculata
(spotted dumbcane), Euphorbia pulcherrima (poinsettia), Helianthus annuus
(sunflower), Hyacinthus (hyacinth), Imperata cylindrica (satintail), Ipomoea
batatas (sweet potato), Kalanchoe blossfeldiana (Flaming katy), Lactuca sativa
(lettuce), Lycopersicon esculentum (tomato), Medicago sativa (lucerne), Musa
textilis (manila hemp), Musa x paradisiaca (plantain), Nicotiana tabacum
(tobacco), Oryza sativa (rice), Panicum maximum (Guinea grass), Parthenium
argentatum (Guayule), Paspalum , Pennisetum purpureum (elephant grass),
Phalaenopsis , Philodendron bipennifolium , Philodendron bipinnatifidum (lacy
tree philodendron), Pyrus communis (European pear), Raphanus sativus
(radish), Saccharum officinarum (sugarcane), Saintpaulia ionantha (African
violet), Sedum spectabile (showy stonecrop), Solanum melongena (aubergine),
Solanum tuberosum (potato), Sorghum bicolor (sorghum), Sorghum sudanense
(Sudan grass), Syngonium podophyllum (Arrowhead vine), Tulipa (tulip),
Urochloa mutica (tall panicum), Xanthosoma caracu , Zea mays (maize)
-
|
b.
|
Kesesuaian Lingkungan
|
Tinggi
|
Lingkungan abiotik sangat mendukung Bakteri Erwinia
chrysanthemi menetap di
PRA area. :
- Lingkungan yang ideal untuk Bakteri Erwinia chrysanthemi adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan tanaman
inangnya dan juga sangat banyak tersedia tanaman inang alternatifnya sebagai
tempat bertahan hidup dan berkembang sepanjang tahun.
- bibit di tanam untuk perbanyakan, yang
lokasinya diperkirakan di wilayah yang cocok untuk ditanam tanaman Aglonema .
Sehingga memungkinkan ada aliran irigasi atau aliran air yang bisa membawa
bakteri ini berpindah ke tanaman lain.
- Aglonema
merupakan tanaman yang tumbuh baik pada kisaran suhu 24-30° C, lembab,
dan cukup sinar matahari. Di Indonesia dengan iklim tropisnya sangat cocok
dengan kondisi yang dibutuhkan tanaman aglonema.
- Bakteri dapat hidup dengan baik pada kisaran
suhu 21 – 31°C dan suhu ini adalah suhu yang kisaran tropis.
- Lingkungan yang
mendukung merupakan salah satu faktor bagi
perkembangannya.
- Bakteri Erwinia chrysanthemi ini kemungkinan bisa menetap / berkembang dalam rumah
kaca (green house).
|
c
|
Sistem budidaya tanaman
dan tindakan pengendalian OPT
|
Tinggi
|
Sistim budidaya tanaman dan tindakan pengendalian
sangat memungkinkan Bakteri Erwinia
chrysanthemi ini menetap di PRA area.
Karena :
- Belum ada laporan
pengendalian yang efektif. Untuk membebaskan tanaman dari Bakteri Erwinia chrysanthemi.
-Eradikasi Bakteri Erwinia
chrysanthemi lebih
ditekankan pada eradikasi dan penggunaan irigasi yang steril yang memerlukan
biaya yang cukup mahal.
|
d
|
Strategi perbanyakan dan
perkembangan dan metode bertahan
|
Tinggi
|
Strategi reproduksi dan metode bertahan yang dimiliki
sangat memungkinkan Bakteri Erwinia
chrysanthemi ini menetap
di PRA Area
-
Perbanyakan
dengan pembelahan diri berlangsung sangat cepat dalam jaringan hidup inang.
|
e
|
Kemampuan adaptasi
|
Tinggi
|
Bakteri Erwinia
chrysanthemi sangat
adaptif sehingga sangat mungkin dapat menetap di PRA area.
- Bakteri Erwinia
chrysanthemi memiliki
kisaran inang yang luas termasuk sejumlah tanaman penting yang ada di
pertanaman pertanian di wilayah RI. Sehingga kemungkinan menetap di PRA area
tinggi.
|
|
Nilai kombinasi
|
Tinggi
|
Tinggi x Tinggi x Tinggi x Tinggi x
Tinggi
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor
resiko potensi menetap, didapat bahwa potensi menetap Bakteri Erwinia
chrysanthemi ke dalam wilayah Republik
Indonesia termasuk dalam kategori tinggi.
B. Penilaian Kemungkinan OPT/OPTK Menyebar Di PRA Area
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan menyebar Bakteri Erwinia chrysanthemi
pada bibit Aglonema di Negara Indonesia
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Penilaian faktor
yang menentukan potensi menyebar Bakteri Erwinia chrysanthemi di PRA
area
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai
|
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
|
a
|
Kesesuaian lingkungan budidaya dan lingkungan
alami yang mendukung penyebaran OPT secara alami.
|
Tinggi
|
Lingkungan budidaya
dan lingkungan alami sangat mendukung penyebaran Bakteri Erwinia
chrysanthemi.
-
Lingkungan
yang ideal untuk Bakteri Erwinia
chrysanthemi adalah
lingkungan yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya. Aglonema tumbuh optimal pada suhu 22-30oC. Lingkungan ini di Indonesia sangat sesuai
untuk perkembangan bakteri ini, disamping itu ketersediaan tanaman inang
selalu ada sepanjang tahun.
|
b
|
Ada atau tidak adanya penghambat alami (natural barrier)
|
Sedang
|
Penghambat alami tidak berfungsi dengan baik
sehingga masih menungkinkan Bakteri Erwinia
chrysanthemi menyebar lebih lanjut.
- Terdapat barier alami berupa sungai dan laut yang menjadikan
jarak antara suatu pulau ke pulau lain, namun lalu lintas manusia sangat
tinggi yang dapat membantu penyebaran bakteri ini yang terbawa dengan media
pembawa ke daerah lainnya.
|
c
|
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau
alat angkut.
|
Tinggi
|
Bakteri Erwinia
chrysanthemi sangat
mungkin disebarkan melalui komoditas yang diperdagangkan antar area/daerah
dan/atau alat angkut.
- Bakteri Erwinia chrysanthemi dapat ditularkan
melalui umbi, potongan batang ataupun akar dari tanaman yang terinfeksi
bahkan air yang terkontaminasi (John Smith Drive, 2007).
|
d
|
Penggunaan media pembawa
setelah dimasukkan.
|
Tinggi
|
·
bibit
Aglonema ini setelah dimasukkan akan
ditanam untuk perbanyakan yang tentunya ditanam dilokasi yang cocok dengan
pertumbuhan Aglonema di Indonesia.
Sehingga sangat mungkin menyebarkan Bakteri Erwinia
chrysanthemi.
·
Sebagian besar wilayah RI sesuai untuk pertanaman Aglonema.
|
e
|
Ketersediaan vektor di PRA
area (hanya untuk virus, fitoplasma dan beberapa jenis nematoda)
|
-
|
-
|
|
Nilai kombinasi
|
Tinggi
|
Tinggi x Sedang x Tinggi x Tinggi
|
· Dari hasil penilaian beberapa faktor resiko
potensi menyebar, diketahui bahwa potensi menyebar Bakteri Erwinia chrysanthemi termasuk dalam kategori
Tinggi.
· Penilaian Risiko Keseluruhan Kemungkinan
Masuk, Menetap dan Menyebar dari Bakteri Erwinia chrysanthemi adalah :
Sedang x Tinggi x Tinggi = Sedang.
C. Penilaian Dampak Kerugian Secara Ekonomi
· Hasil penilaian faktor yang menentukan dampak kerugian secara
ekonomi Bakteri Erwinia chrysanthemi pada bibit Aglonema di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Penilaian dampak kerugian secara ekonomi
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai risiko
|
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
|
a
|
Pengaruh OPTK terhadap kerusakan dan penurunan produksi
|
Tinggi (3)
|
- Belum
ada laporan kerugian Bakteri Erwinia
chrysanthemi pada Aglonema .
-
Infeksi
Bakteri Erwinia chrysanthemi pada kentang Inggris dan Israel menyebabkan tanaman layu
sebanyak 30 persen (John Smith Drive,
2007). Serta pernah dilaporkan bakteri ini menyebabkan 80-85 % tanaman jagung
layu sehingga menimbulkan kerugian sampai 98 % di India (Thind and Payak, 1985 dalam Cabi ,2007)
|
b
|
Pengaruh OPTK thd kehidupan dan kesehatan manusia
|
Tidak beresiko
(0)
|
Belum ada bukti bakteri ini menyerang manusia
|
c
|
Pengaruh OPTK thd lingkungan (ekologi/ tanaman
asli, pariwisata, dll.)
|
Rendah
(1)
|
-
Belum ada bukti bahwa
bakteri ini menimbulkan kerusakan lingkungan
|
d
|
Biaya untuk pengendalian atau eradikasi
|
Rendah
(1)
|
-
- Pengendalian dengan eradikasi atau
pestisida belum pernah dilakukan
|
e
|
Pengaruhnya thd perdagangan domestik dan
internasional
|
Sedang
(2)
|
Mungkin akan berpengaruh negatif terhadap
perdagangan domestik , karena
-
jika bakteri ini masuk ke
Indonesia akan menghancurkan pertanaman Aglonema di Indonesia dan akan mempengaruhi
perdagangan domestik Aglonema di
Indonesia.
|
f
|
Kemungkinan muncul masalah sosial
|
sedang
(2)
|
Masalah sosial sangat mungkin terjadi, karena
- Aglonema adalah tanaman hias yang sefamili dengan
tanaman Araeceae yang sebagaian besar masyarakat menanamnya untuk untuk bahan
makanan, buah dan sayuran.
|
|
Rata-rata:
|
9/6 = 1.5 (sedang)
|
(3+0+1+1+2+2)/6= 1,5
|
Kesimpulan hasil penilaian dampak kerugian secara ekonomi akibat introduksi Bakteri Erwinia chrysanthemi termasuk dalam kategori
Sedang.
D.
Penentuan Nilai Risiko
Keseluruhan (Overall Risk)
Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk) dari Bakteri Erwinia
chrysanthemi tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8. Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)
Faktor yang dinilai
|
Nilai Risiko
|
Kemungkinan masuk, menetap dan menyebar
|
sedang.
|
Dampak kerugian ekonomi
|
Sedang
|
Overrall Risk
|
Sedang x Sedang = Sedang
|
Maka Nilai risiko keseluruhan (Overall
Risk) adalah Rendah
3.2.2
Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
(McCulloch & Pirone
1939) Vauterin et al. 1995
A.
Penilaian Kemungkinan Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae Masuk ke PRA Area
1.
Identitas OPTK
Domain: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gammaproteobacteria
Order: Xanthomonadales
Family: Xanthomonadaceae
Nama umum :
English:
bacterial
blight of aroids
anthurium
blight
bacterial
blight of anthurium
Nama Ilmiah lain :
Xanthomonas dieffenbachiae (McCulloch & Pirone) Dowson 1943
Bacterium dieffenbachiae McCulloch & Pirone 1939
Phytomonas dieffenbachiae McCulloch & Pirone 1939
Xanthomonas campestris pv. dieffenbachiae (McCulloch
& Pirone 1939) Dye 1978
Xanthomonas campestris pv. syngonii Dickey & Zumoff
1987
(a) (b)
Gambar 3. (a).Aglonema ter infeksi Xanthomonas axonopodis pv.
Dieffenbachiae ( www.eppo.int/QUARANTINE. 2015)
(b) Massa bakteri
Distribusi geografis
Europe: Germany, Italy,
Netherlands
Asia: China, Phillipines, turkey
Central America and
Caribbian :
Barbados, Bermuda, Costarica, Dominica, Grodolope, Jamaica, Maritinique,
Phuortorico, South Vincent and Grenadines, Trinidad and Tobago.
North America : Canada, USA
South America : Brazil, Venezuela
Oceania : Australia
Gejala serangan :
Pada tanaman Aglonema penyakit ini mempuanyi 2 macam
infeksi, infeksi yang terjadi pada daun dan infeksi yang terjadi secara
sistemik. Infeksi yang terjadi pada daun, pada bagian tepi daun bagian bawah
akan terlihat bercak kebasahan dan daun akan terlihat spot-spot yang
menguning. Dalam kondisi kering bercak
berukuran kecil dan berwarna gelap.
Selanjutnya spot-spot tersebut menyatu menjadi nekrotik coklat yang
berukuran besar dengan daerah pinggiranya berwarna kuning.
Gejala infeksi sistemik berupa menguningnya daun tua dan
tangkainya. Dan infeksi sitemik pada bunga, bunga akan mudah pecah serta terdapat
garis gelap yang memanjang disekitar
kelopak dan mahkotanya.ketika tangkai dipotong maka pada jaringan pembuluh
berwarna gelap kekuningan dan akhirnya
seluruh tanaman akan mati. Infeksi sistemik terkadang juga menghasilkan bercak
kebasahan ketikat bakteri menyerang bagian jaringan pembuluh maka bercak
kebasahan juga ditemukan sekitar jaringan pembuluh.
Tranmisi
Infeksi Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae terjadi ketika suhu
lingkungan hangat atau lebih dari 25oC
dan lembab. Bakteri ini dapat menginfeksi malelui luka,
hidatoda dan stomata. Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae menyebar dari tanaman satu ke tanaman
lain melalui luka, aliran air, alat pertanian yang terkontaminasi, dan
kemungkinan juga adanya aktifitas nematode di dalam tanah. Bakteri ini juga bisa tertular ketika ada
pemangkasan daun atau batang (Nishijima and Fujiyama, 1985) dalam cabi (2007).
Secara alami bakteri ini hanya menyebar secara local.
Penyebaran yang luas secara ekstrenal terjadi ketika ada penyebaran media
pembawa berupa kultur jaringan dari tanaman hias araceae yang mengandung
bakteri ini. Norman and Alvarez (1994a) dalam Cabi (2007) menemukan bakteri ini
pada tanaman Anthurium yang berumur satu tahun yang tidak menunjukan gejala
pada perbanyakan secara kultur jaringan.
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan masuk Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pada bibit Aglonema di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Penilaian faktor yang menentukan potensi
masuk bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae di PRA area
No
|
Faktor yang
dinilai
|
Nilai Risiko
|
Penjelasan
|
a.
|
Kemungkinan OPT/OPTK terbawa oleh media pembawa
|
Tinggi
|
bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae sangat mungkin terbawa oleh media pembawa, karena
:
- Media pembawa yang akan
dimasukkan berupa bibit Aglonema dalam
bentuk bibit Kultur Jaringan dan Bare
Root sebanyak 50 batang dengan satu kali
frekuensi pemasukan. Sedangkan bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae bisa bertahan dalam kultur jaringan lebih dari 1 tahun Norman and Alvarez (1994a)
- bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae dapat
menyerang bibit dan dapat disebar luaskan melalui bibit yang terinfeksi (Cabi
, 2007).
|
b.
|
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan selama dalam perjalanan
dan penyimpanan
|
Tinggi
|
Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae ini sangat mungkin bertahan selama dalam perjalanan dan
penyimpanan. Karena :
bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae bisa
bertahan dalam kultur jaringan lebih
dari 1 tahun Norman and Alvarez (1994)
Perjalalan dari Australia selama 6 jam,
sehingga sangat mungkin bakteri dapat bertahan selama perjalanan.
-
|
c.
|
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan terhadap sistem
pengendalian yang diaplikasikan
|
Tinggi
|
Bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae sangat mungkin bertahan terhadap sistem pengendalian.
Karena
- Secara khusus, tidak ada perlakuan yang direkomendasikan untuk membebaskan bibit dari Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae, sehingga kemungkinan besar OPT dapat terbawa
bibit yang di impor. (Cabi,, 2007)
- Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini ditularkan dari bagian vegetative yang
terserang atau dari air yang terkontaminasi. Sehingga eradikasi Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae lebih ditekankan pada seluruh bagian tanaman
yang terserang ataupun irigasi yang tercemar sehingga memerlukan biaya yang
cukup mahal.
|
d.
|
Kemampuan melakukan deteksi di tempat pemasukan
|
Sedang
|
BBKP Soekarno- Hatta dan BBUSKP kemungkinan mampu
melakukan deteksi terhadap keberadaan
virus ini. Karena :
- Balai Besar ini mempunyai SDM dan sarana yang
mencukupi untuk pengujian terhadap bakteri ini.
- Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae dapat diuji dengan menggunakan teknik ELISA
atau PCR (Soustrade, at all 2005)
- Pemasukan bibit sebanyak 50 batang kultur
jaringan memberi peluang masuknya Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae Karena
pemeriksaan sebatas pada sampel uji .
|
|
Nilai kombinasi
|
Sedang
|
Tinggi x
Tinggi x Tinggi x sedang
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor
resiko potensi masuk, didapat bahwa potensi masuk Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
ke dalam wilayah Republik Indonesia termasuk dalam kategori sedang.
B.
Penilaian Kemungkinan OPT/OPTK Menetap
Di PRA Area
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan menetap Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pada bibit Aglonema di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Penilaian faktor
yang menentukan potensi menetap Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae di PRA area
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai
|
Penjelasan
|
a
|
Ketersediaan tanaman inang
(inang alternatif, inang perantara)
|
Tinggi
|
Keberadaan dan ketersediaan tanaman inang sangat
memungkinkan bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini dapat menetap di PRA area
, karena
-
Inang bakteri ini sangat banyak di Indonesia dan begitu juga dengan
tersedianya inang alternatif (Sumber, Cabi, 2007).
Inang Utama
-
Anthurium andreanum ,
Philodendron hederaceum (Heart-leaf philodendron), Philodendron hederaceum
var. oxycardium
Inang Alternatif
-
Aglaonema commutatum ,
Anthurium crystallinum , Anthurium scherzerianum , Araceae , Caladium bicolor
hybrids , Dieffenbachia maculata (spotted dumbcane), Epipremnum pinnatum
(Hunters-robe), Philodendron bipinnatifidum (lacy tree philodendron),
Syngonium podophyllum (Arrowhead vine), Xanthosoma caracu , Xanthosoma
sagittifolium (yautia (yellow))
|
b.
|
Kesesuaian Lingkungan
|
Tinggi
|
Lingkungan abiotik sangat mendukung Bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae menetap
di PRA area. :
- Lingkungan yang ideal untuk Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan
tanaman inangnya dan juga sangat banyak tersedia tanaman inang alternatifnya
sebagai tempat bertahan hidup dan berkembang sepanjang tahun.
- Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini kemungkinan bisa menetap / berkembang
dalam rumah kaca (green house).
- Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. Dieffenbachiae bahkan masih bisa ditemukan walau sudah 1 tahun tidak ditemukan gejala
dalam kultur jaringan (NVWA, 2015 )
|
c
|
Sistem budidaya tanaman
dan tindakan pengendalian OPT
|
Tinggi
|
Sistim budidaya tanaman dan tindakan pengendalian
sangat memungkinkan Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini menetap di PRA area.
Karena :
- Belum ada
laporan pengendalian yang efektif. Untuk membebaskan tanaman dari Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
- Eradikasi Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae lebih ditekankan pada eradikasi dan penggunaan
irigasi yang steril yang memerlukan biaya yang cukup mahal.
|
d
|
Strategi perbanyakan dan
perkembangan dan metode bertahan
|
Tinggi
|
Strategi reproduksi dan metode bertahan yang dimiliki
sangat memungkinkan Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ini menetap di PRA Area
-
Perbanyakan
dengan pembelahan diri berlangsung sangat cepat dalam jaringan hidup inang.
|
e
|
Kemampuan adaptasi
|
Tinggi
|
Bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae sangat
adaptif sehingga sangat mungkin dapat menetap di PRA area.
-
Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae memiliki kisaran inang yang luas termasuk
sejumlah tanaman penting yang berada di pertanaman pertanian di wilayah RI.
Sehingga kemungkinan menetap di PRA area tinggi.
|
|
Total nilai
|
Tinggi
|
Tinggi x Tinggi x Tinggi x Tinggi x Tinggi
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor
resiko potensi menetap , didapat bahwa potensi meetap Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae ke dalam wilayah
Republik Indonesia termasuk dalam
kategori Tinggi.
C. Penilaian Kemungkinan Xanthomonas axonopodis pv.
dieffenbachiae
Menyebar Di PRA Area
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan menyebar Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pada bibit Aglonema di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11.
Penilaian Kemungkinan Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae Menyebar Di PRA Area
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai
|
Penjelasan
|
a
|
Kesesuaian lingkungan budidaya dan lingkungan
alami yang mendukung penyebaran OPT secara alami.
|
Tinggi
|
-
Lingkungan
budidaya dan lingkungan alami sangat mendukung penyebaran Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
-
Lingkungan
yang ideal untuk Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae adalah lingkungan yang sesuai dengan kehidupan
tanaman inangnya. Aglonema tumbuh
optimal pada suhu 22-30oC. Lingkungan di Indonesia sangat sesuai untuk
perkembangan bakteri ini, disamping itu ketersediaan tanaman inang selalu ada
sepanjang tahun.
-
Bakteri
ini memiliki suhu optimal dalam perkembangannya suhu 22-30 derajat C (NVWA,
2015)
|
b
|
Ada atau tidak adanya penghambat alami (natural barrier)
|
Sedang
|
Penghambat alami tidak berfungsi dengan baik
sehingga masih menungkinkan Bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. Dieffenbachiae menyebar lebih lanjut.
-
Terdapat barier alami berupa
sungai dan laut yang menjadikan jarak antara suatu pulau ke pulau lain, namun
lalu lintas manusia sangat tinggi yang dapat membantu penyebaran bakteri ini
yang terbawa dengan media pembawa ke daerah lainnya.
-
|
c
|
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau
alat angkut.
|
Tinggi
|
Bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae sangat
mungkin disebarkan melalui komoditas yang diperdagangkan antar area/daerah
dan/atau alat angkut.
- Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae dapat
ditularkan melalui seluruh tanaman yang terinfeksi bahkan alat yang
digunakan, dan tanah yang mengandung banyak nematoda (Cabi, 2007)
|
d
|
Penggunaan media pembawa
setelah dimasukkan.
|
Tinggi
|
·
bibit
Aglonema ini setelah dimasukkan akan
ditanam untuk perbanyakan yang tentunya ditanam dilokasi yang cocok dengan
pertumbuhan Aglonema di Indonesia.
Sehingga sangat mungkin menyebarkan Bakteri Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae
·
Sebagian besar wilayah RI sesuai untuk pertanaman Aglonema.
|
e
|
Ketersediaan vektor di PRA
area (hanya untuk virus, fitoplasma dan beberapa jenis nematoda)
|
Tinggi
|
Ada
kemungkinan aktifitas OPT lain yang menimbulkan luka membantu infeksi bakteri
dari tanah, air, alat yang terkontaminasi (Cabi, 2007)
|
|
Nilai kombinasi
|
Tinggi
|
Tinggi x Sedang x Tinggi x Tinggi x Tinggi
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor
resiko potensi menyebar, diketahui bahwa potensi menyebar Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae
termasuk dalam kategori Tinggi.
Penilaian Risiko Keseluruhan
Kemungkinan Masuk, Menetap dan Menyebar dari Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae
adalah : Sedang x Tinggi x Tinggi = Sedang.
D.
Penilaian Dampak Kerugian Secara Ekonomi
Hasil penilaian faktor yang menentukan dampak kerugian secara
ekonomi Xanthomonas axonopodis pv.
dieffenbachiae pada bibit Aglonema di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Penilaian dampak kerugian secara
ekonomi
No.
|
Uraian
|
Nilai resiko
|
Keterangan
|
A
|
Pengaruh OPTK terhadap kerusakan dan penurunan produksi
|
Tinggi (3)
|
- Bakteri ini belum terlalu penting bagi tanaman
pangan .
- Bakteri
ini pernah menimbulkan kerugian yang cukup besar pada pertanian tanaman hias
Anthurium $15,782 per ha, dan total kerugian
$2.74 million di Hawai. (Cabi,
2007)
|
B
|
Pengaruh OPTK thd kehidupan dan kesehatan manusia
|
Tidak beresiko
(0)
|
Belum ada bukti bakteri ini menyerang manusia
|
C
|
Pengaruh OPTK thd lingkungan (ekologi/ tanaman
asli, pariwisata, dll.)
|
Rendah
(1)
|
-
Belum ada bukti bahwa
bakteri ini menimbulkan kerusakan lingkungan
|
D
|
Biaya untuk pengendalian atau eradikasi
|
Rendah
(1)
|
-
Pengendalian
dengan eradikasi atau pestisida belum pernah dilakukan
|
E
|
Pengaruhnya thd perdagangan domestik dan
internasional
|
Sedang
(2)
|
Mungkin akan berpengaruh negatif terhadap
perdagangan domestik , karena
-
jika bakteri ini masuk ke
Indonesia akan menghancurkan pertanaman Aglonema di Indonesia dan akan mempengaruhi
perdagangan domestik Aglonema di
Indonesia.
|
F
|
Kemungkinan muncul masalah sosial
|
sedang
(2)
|
Masalah sosial sangat mungkin terjadi, karena
- Aglonema adalah tanaman hias yang sefamili Araceae
yang sebagaian masyarakat menanamnya untuk bahan makanan, buah ataupun
sayuran.
|
|
Rata-rata:
|
9/6 = 1.5 (sedang)
|
(3+0+1+1+2+2)/6= 1,5
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor penilaian dampak kerugian secara ekonomi dari Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae termasuk dalam kategori
Sedang.
E. Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall
Risk)
Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk) dari cendawan Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae tercantum
pada Tabel 13.
Tabel 13. Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)
Faktor yang
dinilai
|
Nilai Risiko
|
kemungkinan masuk, menetap dan menyebar
|
sedang.
|
dampak kerugian ekonomi
|
Sedang
|
Overrall Risk
|
Sedang x Sedang = Sedang
|
Maka Nilai risiko
keseluruhan (Overall Risk) dari cendawan Xanthomonas
axonopodis pv. dieffenbachiae adalah Rendah
3.2.3
Dasheen mosaic virus
A.
Penilaian Kemungkinan Dasheen mosaic virus Masuk ke PRA Area
1.
Identitas OPTK
Virus Group: Virus
Family: Potyviridae
Genus: Potyvirus
Nama umum :
English:
dasheen
mosaic
Nama Ilmiah lain :
dasheen
mosaic potyvirus
(a)
(b)
Gambar 4.
(a) Gejala tanaman terinfeksi Dasheen
mosaic virus
pada Perubahan
warna daun (Cabi,2007), (b) Partikel DMV
(South Pasific Comision, 1979)
Distribusi
geografis
Europa : Belgium, Denmark, Italy,
Netherland, UK,
Asia : China, Japan, India
Africa : Camroon, Nigeria, Egypt, South Africa,
Central America dan
Caribbian : Costarica, Cuba, Dominica, Jamaica,
Martinique, Puertorico, Trinidad and Tobago
South America : USA
Oceania : Australia, Fiji, French
Polynesia, Guam, Kiribati, Papua new guinea, Solomon Islands, New Zealand.
Gejala:
Dasheen mosaic virus pada daun dapat
menyebabkan lesion, warna daun yang tidak normal, pola warna daun yang tidak
normal, dan bentuk yang tidak normal, sedangkan pada pertumbuhan tanaman akan
tumbuh menjadi kerdil.
|
|
Transmisi:
Penyebaran jarak jauh dari virus ini
terjadi terutama oleh pergerakan bahan propagasi dari tanaman yang terinfeksi. Dasheen mosaic virus ditularkan oleh
serangga Myzus persica secara non
persisten ((Buddenhagen et al., 1970; Zettler et al., 1970; Kenten and Woods,
1973; Debrot and Ordosgoitti, 1974; Paludan and Begtrup, 1982; van der Meer,
1985 dalam Cabi, 2007), dan juga dilaporkan Rodrigues et al. (1984)
dasheen mosaic potyvirus virus ditularkan ke tanaman Philodendron selloum oleh spesies aphid yaitu koloni Alocasia
sp. dan bukan Myzus persicae. Selain itu Morales and Zettler (1977) dalam Cabi
(2007) juga melaporkan bahwa belum dapat membuktikan bahwa dasheen mosaic
potyvirus ditularkan oleh Pentalonia nigronervosa yang sering menjadi
hama pada tumbuhan Araeceae. Namun
Dasheen mosaic potyvirus telah dilaporkan ditularkan oleh Aphis craccivora (Buddenhagen et al., 1970; Zettler et al., 1970).
Jackson and Gollifer (1975) dalam Cabi (2007) mengatakan bahwa Aphis gossypii menjadi salah satu vector
di Solomon Islands.
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan masuk Dasheen mosaic virus pada bibit Aglonema di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Penilaian faktor yang menentukan
potensi masuk Dasheen mosaic virus di PRA area
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai Risiko
|
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
|
a
|
Kemungkinan
OPT/OPTK terbawa oleh media pembawa
|
Tinggi
|
Dasheen mosaic virus sangat mungkin terbawa oleh media
pembawa, karena :
Media pembawa
yang akan dimasukkan berupa bibit Aglonema
dalam bentuk bibit kultur jaringan sebanyak 50 batang dengan satu kali frekuensi
pemasukan. Sedangkan Virus Dasheen mosaic virus tida bersifat seedborne tetapi dapat terbawa oleh vegetative
propagation (Zettler et al., 1970; Gollifer et al., 1977; Zettler and
Hartman, 1987 dalam Cabi, 2007).
- Salah satu inang dari Dasheen mosaic virus adalah
Aglonema (CABi, 2007).
- Bagian tanaman yang diserang oleh Dasheen mosaic virus adalah batang dan daun (CABI 2007)
- Secara khusus, tidak ada perlakuan yang direkomendasikan untuk membebaskan bibit dari infeksi virus Dasheen mosaic virus , sehingga
kemungkinan besar OPT dapat terbawa bibit kultur jaringan yang di impor.
|
b
|
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan selama dalam
perjalanan dan penyimpanan
|
Tinggi
|
Dasheen mosaic virus sangat mungkin bertahan selama dalam perjalanan dan di penyimpanan.
Karena :
- Dasheen mosaic virus merupakan
parasit obligat intraseluler. Virus ini pada bibit / tanaman yang terinfeksi dipertahankan dalam sel yang mampu bertahan selama jaringan inang
masih hidup.
- Suhu selama perjalanan dapat disesuai dengan
kebutuhan suhu bibit, sehingga bibit dapat terjaga dengan baik, sehingga
virus pun tahan selama perjalanan hampir 6 jam.
-
|
c
|
Kemungkinan OPT/OPTK bertahan terhadap sistem pengendalian
yang diaplikasikan
|
Tinggi
|
Virus Dasheen mosaic virus sangat mungkin bertahan terhadap
sistem pengendalian.
Karena
- Secara khusus, tidak ada perlakuan yang direkomendasikan untuk membebaskan bibit dari infeksi virus Dasheen mosaic virus , sehingga kemungkinan besar OPT dapat terbawa
bibit yang di impor. (Cabi,, 2007)
- Virus ini ditularkan oleh serangga vektornya.
Sehingga eradikasi Dasheen mosaic virus lebih
ditekankan pada serangga vektornya yaitu dengan cara penyemprotan pestisida
yang memerlukan biaya yang cukup mahal.
|
d.
|
Kemampuan melakukan deteksi di tempat pemasukan
|
Sedang
|
BBKP Soekarno- Hatta dan BBUSKP kemungkinan mampu
melakukan deteksi terhadap keberadaan
virus ini. Karena :
-
Balai
Besar ini mempunyai SDM dan sarana yang mencukupi untuk pengujian terhadap
virus ini.
- Dasheen mosaic virus dapat diuji dengan
menggunakan teknik ELISA (EPPO/CABI, 1997)
- Pemasukan bibit kultur jaringan sebanyak 50
batang memberi peluang masuknya Dasheen mosaic virus Karena pemeriksaan sebatas pada sampel uji .
|
|
Nilai Kombinasi
|
sedang
|
Tinggi x tinggi x
tinggi x sedang
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor
resiko potensi masuk, didapat bahwa potensi masuk Dasheen mosaic virus ke dalam wilayah Republik
Indonesia termasuk dalam kategori sedang.
E.
Penilaian Kemungkinan OPT/OPTK Menetap
Di PRA Area
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan menetap Dasheen mosaic virus pada bibit Aglonema di Negara Indonesia disajikan pada Tabel
15.
Tabel 15. Penilaian faktor
yang menentukan potensi menetap Dasheen mosaic virus di PRA area
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai
|
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
|
a
|
Ketersediaan tanaman inang
(inang alternatif, inang perantara)
|
Tinggi
|
Keberadaan dan ketersediaan tanaman inang sangat
memungkinkan Dasheen mosaic virus menetap di PRA
area.
Karena :
-
Dasheen mosaic virus memiliki kisaran
inang yang luas termasuk sejumlah tanaman penting.
Inang utama :
Aglaonema , Alocasia , Amorphophallus ,
Anthurium , Araceae , Caladium , Colocasia , Colocasia esculenta (taro),
Dieffenbachia (dumbcanes), Philodendron , Spathiphyllum , Xanthosoma
(cocoyam), Zantedeschia (calla-lilies)
Inang alternatif :
- Cyrtosperma merkusii (giant swamp taro)
-
|
b.
|
Kesesuaian Lingkungan
|
Tinggi
|
Lingkungan abiotik sangat mendukung virus Dasheen mosaic virus menetap di PRA
area. :
- Lingkungan yang ideal untuk Dasheen mosaic virus adalah lingkungan
yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya dan juga bagi vektornya.
Aglonema tumbuh optimal di wilyah
tropis dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Lingkungan di Indonesia sangat sesuai untuk
perkembangan virus ini, disamping itu ketersediaan tanaman inang selalu ada
sepanjang tahun.
- Aglonema
merupakan tanaman yang
tumbuh baik di
daerah tropis yang
memiliki suhu
dingin sampai hangat
(22-30° C),
lembab, dan cukup sinar
matahari.
-
bibit di
tanam untuk perbanyakan,
yang lokasinya
diperkirakan di
wilayah yang
cocok untuk ditanam
tanaman
Aglonema . Sehingga
memungkinkan
vector virus ini
berpindah ke
tanaman lain.
-
Lingkungan
yang mendukung
merupakan
salah satu faktor bagi
perkembangannya. Virus dapat lebih
berjangkit
dan menimbulkan masalah
apabila
tersedia vektornya.
- Virus ini kemungkinan bisa menetap/berkembang
dalam rumah kaca (green house).
|
c
|
Sistem budidaya tanaman
dan tindakan pengendalian OPT
|
Tinggi
|
Sistim budidaya tanaman dan tindakan pengendalian
sangat memungkinkan Dasheen mosaic virus ini menetap di PRA area.
Karena :
- Belum ada laporan
pengendalian yang efektif. Untuk membebaskan tanaman dari Dasheen mosaic virus
- Eradikasi Dasheen mosaic virus lebih ditekankan
pada serangga vektornya yaitu dengan cara penyemprotan dengan pestisida yang
memerlukan biaya yang cukup mahal.
|
d
|
Strategi perbanyakan /
replikasi dan metode bertahan
|
Tinggi
|
Strategi reproduksi dan metode bertahan yang dimiliki
sangat memungkinkan virus ini menetap di PRA Area
-
Multiplikasi
berlangsung sangat cepat dalam jaringan hidup inang.
|
e
|
Kemampuan adaptasi
|
Tinggi
|
Dasheen mosaic virus sangat
adaptif sehingga sangat mungkin dapat menetap di PRA area.
-Dasheen mosaic virus memiliki kisaran
inang yang luas termasuk sejumlah tanaman hias dan tanaman hortikultura.
Sehingga kemungkinan menetap di PRA area tinggi.
|
|
Nilai kombinasi
|
Tinggi
|
Tinggi x Tinggi x Tinggi x Tinggi x
Tinggi
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor
resiko potensi menetap, didapat bahwa potensi menetap Dasheen mosaic virus ke dalam wilayah Republik Indonesia termasuk dalam kategori tinggi.
F. Penilaian Kemungkinan OPT/OPTK Menyebar Di PRA Area
Hasil penilaian faktor yang menentukan kemungkinan menyebar Dasheen mosaic virus pada bibit Aglonema di Negara Indonesia disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Penilaian faktor
yang menentukan potensi menyebar Dasheen mosaic virus di PRA area
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai
|
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
|
a
|
Kesesuaian lingkungan budidaya dan lingkungan
alami yang mendukung penyebaran OPT secara alami.
|
Tinggi
|
Lingkungan budidaya
dan lingkungan alami sangat mendukung penyebaran Dasheen mosaic virus .
-
Lingkungan yang ideal untuk Dasheen mosaic virus adalah lingkungan
yang sesuai dengan kehidupan tanaman inangnya dan juga bagi vektornya.
Aglonema tumbuh optimal di dataran
rendah ataupun dataran tinggi di daerah tropis disamping itu ketersediaan
tanaman inang selalu ada sepanjang tahun.
-
|
b
|
Ada atau tidak adanya penghambat alami (natural barrier)
|
Sedang
|
Penghambat alami tidak berfungsi dengan baik
sehingga masih menungkinkan Dasheen mosaic virus menyebar lebih lanjut.
- Terdapat barier alami berupa sungai dan laut yang menjadikan
jarak antara suatu pulau ke pulau lain, namun lalu lintas manusia sangat
tinggi yang dapat membantu penyebaran virus ini yang terbawa dengan media pembawa
ke daerah lainnya.
-
Penyebaran virus melalui vector serangga Myzus persicae dan Aphis
gossypii
|
c
|
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau
alat angkut.
|
Tinggi
|
Dasheen mosaic virus sangat
mungkin disebarkan melalui komoditas yang diperdagangkan antar area/daerah
dan/atau alat angkut.
-
Dasheen mosaic virus dapat ditularkan melalui vegetative propagation
tanaman yang terinfeksi. (Zettler et
al., 1970; Gollifer et al., 1977; Zettler and Hartman, 1987 dalam Cabi,
2007).
.
|
d
|
Penggunaan media pembawa
setelah dimasukkan.
|
Tinggi
|
- bibit Aglonema ini setelah dimasukkan akan ditanam untuk
perbanyakan yang tentunya ditanam dilokasi yang cocok dengan pertumbuhan
Aglonema di Indonesia. Sehingga sangat
mungkin
menyebarkan Dasheen mosaic virus.
- Hampir seluruh wilayah RI sesuai untuk pertanaman Aglonema
|
e
|
Ketersediaan vektor di PRA
area (hanya untuk virus, fitoplasma dan beberapa jenis nematoda)
|
Tinggi
|
Keberadaan dan penyebaran
vektor mungkin mendukung penyebaran Dasheen mosaic virus.
-
Beberapa
serangga dari family Aphididae yaitu Myzus persicae dan Aphis gossypii dapat
mentransmisi Dasheen mosaic
virus (Nelson, 2008) . Kedua serangga
tersebut banyak ditemukan di wilayah RI
|
|
Nilai kombinasi
|
Tinggi
|
Tinggi x Sedang x Tinggi x Tinggi x Tinggi
|
Dari hasil penilaian beberapa faktor
resiko potensi menyebar, diketahui bahwa potensi menyebar Dasheen mosaic virus termasuk dalam kategori
Tinggi.
Penilaian Risiko Keseluruhan
Kemungkinan Masuk, Menetap dan Menyebar dari Arabis Mosaic Virus adalah : Sedang x Tinggi x Tinggi = Sedang.
G. Penilaian Dampak Kerugian Secara Ekonomi
Hasil penilaian faktor yang menentukan dampak kerugian secara
ekonomi Dasheen
mosaic virus pada
bibit Aglonema di Negara Indonesia
disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Penilaian dampak kerugian secara ekonomi
No.
|
Faktor yang dinilai
|
Nilai risiko
|
Penjelasan/alasan ilmiah berdasarkan referensi
|
a
|
Pengaruh OPTK terhadap kerusakan dan penurunan produksi
|
Tinggi (3)
|
-
Belum ada laporan kerugian serangan Dasheen mosaic virus pada Aglonema .
-
Infeksi
Dasheen
mosaic virus dilaporkan
oleh Wisler et al. (1978) dalam Cabi (2007) terhadap Philodendron oxycardium
merusak bentuk daun bisa mencapai 38.6, 31.6 and 65.6%. penurunan produksi
tanaman hias 30 persen oleh dasheen mosaic potyvirus. Infeksi terhadap
tanaman P. selloum bisa menurunkan
produksi tanaman hias 80%. Virus ini mengakibatkan kekerdilan, daun menguning, dan mosaik.
-
Akibat terganggunya perkembangan tanaman
menyebabkan bentuk yang abnormal pada
Aglonema hal ini dapat mengurangi
nilai jual Aglonema di pasaran.
|
b
|
Pengaruh OPTK thd kehidupan dan kesehatan manusia
|
Tidak beresiko
(0)
|
Tidak ada
bukti virus ini menular pada manusia
|
c
|
Pengaruh OPTK thd lingkungan (ekologi/ tanaman
asli, pariwisata, dll.)
|
Rendah
(1)
|
Tidak ada bukti serangan virus menyebabkan
pengaruh terhadap
|
d
|
Biaya untuk pengendalian atau eradikasi
|
Rendah
(1)
|
-
Pengendalian
dengan pestisida jarang dilakukan
|
e
|
Pengaruhnya thd perdagangan domestik dan
internasional
|
Sedang
(2)
|
Mungkin akan berpengaruh negatif terhadap
perdagangan domestik , karena
-
jika virus ini masuk ke Indonesia
akan menghancurkan pertanaman Aglonema
di Indonesia dan akan mempengaruhi perdagangan domestik Aglonema di Indonesia.
|
f
|
Kemungkinan muncul masalah sosial
|
sedang
(2)
|
Masalah sosial sangat mungkin terjadi, karena
- Aglonema adalah tanaman hias yang sefamili dengan
tanaman hortikultura yang sebagaian
masyarakat menanamnya.
|
|
Rata-rata:
|
9/6 = 1.5 (sedang)
|
(3+0+1+1+2+2)/6= 1,5
|
Kesimpulan hasil penilaian dampak kerugian secara ekonomi akibat introduksi Dasheen mosaic virus termasuk dalam kategori sedang.
H.
Penentuan Nilai Risiko
Keseluruhan (Overall Risk)
Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk) dari Dasheen mosaic virus tercantum pada Tabel 18.
Tabel 18. Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan (Overall Risk)
Faktor yang dinilai
|
Nilai Risiko
|
Kemungkinan masuk, menetap dan menyebar
|
sedang.
|
Dampak kerugian ekonomi
|
Sedang
|
Overrall Risk
|
Sedang x Sedang= Sedang
|
Maka Nilai risiko keseluruhan (Overall
Risk) adalah rendah
3.3
Kesimpulan Penilaian Risiko
Penilaian risiko pemasukan
bibit Aglonema dari Australia menyimpulkan bahwa :
- Jenis-jenis OPTK yang perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan pengelolaan risiko terhadap pemasukan bibit
Aglonema dari Australia adalah Bakteri Erwinia chrysanthemi, Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae dan virus Dasheen mosaic virus.
- Penilaian Risiko terhadap Bakteri Erwinia chrysanthemi:
Hasil
penilaian kemungkinan masuk : sedang
Hasil
penilaian kemungkinan menetap : tinggi
Hasil
penilaian kemungkinan menyebar : Tinggi
Hasil
penilaian kemungkinan kerugian ekonomi :
Sedang
- Penilaian Risiko terhadap Bakteri Xanthomonas xonopodis pv.
dieffenbachiae :
Hasil
penilaian kemungkinan masuk : sedang
Hasil
penilaian kemungkinan menetap : tinggi
Hasil
penilaian kemungkinan menyebar : Tinggi
Hasil
penilaian kemungkinan kerugian ekonomi :
Sedang
- Penilaian Risiko terhadap Virus Dasheen mosaic
virus
Hasil
penilaian kemungkinan masuk : sedang
Hasil
penilaian kemungkinan menetap : tinggi
Hasil
penilaian kemungkinan menyebar : Tinggi
Hasil
penilaian kemungkinan kerugian ekonomi :
Sedang
- Risiko keseluruhan (overall risk) yang disebabkan adanya importasi bibit Aglonema dari Australia terhadap bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic
virus adalah sedang sehingga
pengelolaan resiko.yang harus dilakukan adalah kategori Sedang.
IV.
PENGELOLAAN RISIKO
4.1 Persyaratan Karantina Tumbuhan dan Kewajiban Tambahan
Pengelolaan Risiko bertujuan
untuk mencegah OPT/OPTK terbawa bibit Aglonema
yang diimpor dari Australia masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam
upaya pencegahan masuknya OPT/OPTK yang kemungkinan terbawa melalui bibit
Aglonema, maka diperlukan sistem dan prosedur pengelolaan risiko untuk
meminimalkan risiko apabila OPT/OPTK terbawa masuk melalui importasi media pembawa OPTK ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia dan mengurangi dampak yang
akan diakibatkannya.
Import bibit Aglonema dari Australia memiliki risiko yang sedang, karena berpotensi
membawa OPT
Bakteri Erwinia
chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen
mosaic virus sehingga pengelolaan
risiko yang harus dipenuhi adalah pengelolaan resiko tingkat sedang, yaitu sebagai
berikut :
A.
Persyaratan
Karantina Tumbuhan
1.
Dimasukkan di tempat pemasukan yang telah ditetapkan yaitu di Balai Besar
Karantina Pertanian Soekarno-Hatta
2.
Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina di
tempat pemasukkan (Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta) untuk keperluan tindakan karantina
3.
Harus disertai dengan Phytosanitary certificate
(PC) yang menyatakan bahwa bibit bebas dari OPTK Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen
mosaic virus
B.
Kewajiban Tambahan
(Australia)
1.
Berasal dari produsen yang sudah diregistrasi oleh
instansi berwenang di Australia.
2.
Bibit berasal dari tanaman yang bebas virus Dasheen mosaic virus
3.
Bibit
harus dikemas menggunakan wadah yang dijamin tidak rusak pada saat pengiriman
4.
bibit harus bebas dari tanah, bibit gulma atau tanaman lain, kompos dan kotoran
lainnya
5.
bibit harus dikemas sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi
infestasi OPT.
C.
Kewajiban Tambahan
(Indonesia)
Harus dilengkapi dengan surat izin pemasukkan
(SIP) dari Menteri Pertanian Negara
Republik Indonesia
4.2
Kesimpulan Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko bertujuan untuk
meminimalkan risiko apabila OPT/OPTK terbawa masuk melalui importasi bibit
Aglonema ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia dan mengurangi dampak yang
akan diakibatkannya. Import bibit
Aglonema sejumlah 50 batang dari Australia berpotensi membawa OPT Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen
mosaic virus dengan risiko sedang, sehingga pengelolaan risiko yang harus dipenuhi adalah pengelolaan
resiko sedang.
V. KESIMPULAN
- Hasil Inisiasi terhadap bibit Aglonema dari Australia menunjukan terdapat 3 OPT yang berpotensi terbawa oleh bibit Aglonema yaitu Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen mosaic virus
2 . yang selanjutnya akan dilanjutkan
ke tahap penilaian
risiko.
3 . Jenis-jenis OPTK yang perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan pengelolaan risiko terhadap
pemasukan bibit
Aglonema dari Australia adalah Bakteri Erwinia chrysanthemi, Bakteri
Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen
mosaic virus .
2. Hasil Penilaian Risiko keseluruhan (overall risk) terhadap Bakteri Erwinia
chrysanthemi, Bakteri Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae dan Virus Dasheen
mosaic virus adalah sedang.
3. Pengelolaan
risiko importasi bibit Aglonema ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia sejumlah 50 batang dari Australia adalah pengelolaan resiko sedang.
VI.
REKOMENDASI
A.
Persyaratan
Karantina Tumbuhan
1. Dimasukkan di
tempat pemasukan yang telah ditetapkan yaitu Balai Besar Karantina
Pertanian Soekarno
Hatta
2. Dilaporkan dan
diserahkan kepada Petugas Karantina di tempat pemasukkan (Balai Besar Karantina
Pertanian Soekarno
Hatta) untuk keperluan tindakan karantina
3.
Harus disertai dengan Phytosanitary certificate (PC) yang
menyatakan bahwa bibit
bebas
dari OPT/OPTK target.
B. Kewajiban Tambahan (Australia)
1. Diberi
perlakuan
2. Bibit harus dikemas menggunakan wadah yang dijamin tidak rusak pada saat
pengiriman.
3. Bibit harus bebas dari
tanah, bibit gulma atau tanaman lain, kompos dan kotoran lainnya.
4. Bibit harus dikemas
sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi reinfestasi OPT.
C. Kewajiban
Tambahan (Indonesia)
Harus dilengkapi dengan surat izin pemasukkan
(SIP) dari Menteri Pertanian Negara
Republik Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1979. Dasheen Mosaic Virus. South Pasific
Comision.Advisory leflet 10.
Anonymous. 2011.
Lampiran Permentan 93/2011tentang Jenis-jenis OPTK
Golongan I dan Golongan II Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya
(OPTK A1)
Anonymous,2014; Pedoman Analisa
Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan Revisi 2014, Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian
Anonymous, 2015; Pest Risk
Analysis for Xanthomonas axonopodis pv. dieffenbachiae pathogenic
to Anthurium , NVWA (Netherlands Food and Consumer Product Safety Authority Ministry of Economic
affairs)
Anonymous, 2015. Mengenal Jenis
Tanaman Hias Aglonema.
aglaonema.html diunduh 11/09/2015
[CABI] Centre in Agricultural and Biological
Institute. 2007. Crop Protection Compendium [cd-rom].
London: CABI Publish.
John
Smith Drive , 2007. Erwinia
chrysanthemi (Dickeya spp.)
What it is, and what you can do. British Potato Council, 4300 Nash Court, , Oxford Business Park
South, Oxford, OX4 2RT.
Nelson, Scot C. 2008. Dasheen Mosaic of Edible and Ornamental
Aroids. College of Tropical Agriculture and Human Resource. University of Hawai
at Manoa. Plant deases. PD.44_Aug
Soustrade, at all 2005, Spesific Detection of Xanthomonas xonopodis pv. Dieffenbachiae
in Anthurium (Anthurium adreanum)
Tissues by Nested PCR. Applied and Enviromental Microbiology p. 1072-1078.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar